Senin 31 Aug 2020 15:29 WIB

DMI: Digitalisasi Masjid Perlu Dimulai dari Pemasangan Wifi

Apalagi momentumnya sekarang ada belajar jarak jauh.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Fakhruddin
Sejumlah pelajar dari berbagai jenjang sekolah mengikuti proses belajar mengajar dalam jaringan (daring) menggunakan fasilitas WiFi gratis,  di Masjid Al Muhajirin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (8/8/2020). Pengurus Masjid Al Muhajirin menyediakan fasilitas akses internet melalui WiFi secara gratis bagi pelajar yang kesulitan biaya untuk mengikuti belajar mengajar secara daring selama masa pandemi COVID-19.
Foto: ANTARA/BAYU PRATAMA S
Sejumlah pelajar dari berbagai jenjang sekolah mengikuti proses belajar mengajar dalam jaringan (daring) menggunakan fasilitas WiFi gratis, di Masjid Al Muhajirin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (8/8/2020). Pengurus Masjid Al Muhajirin menyediakan fasilitas akses internet melalui WiFi secara gratis bagi pelajar yang kesulitan biaya untuk mengikuti belajar mengajar secara daring selama masa pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Addaruquthni, menyampaikan, digitalisasi masjid perlu dilakukan dengan memulai pemasangan wifi terutama di masjid-masjid di daerah terpencil. Pemasangan wifi ini pun telah dimulai DMI bekerjasama dengan Bakti Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo.

"Digitalisasi di masjid dimulai dari pemasangan wifi. Apalagi momentumnya sekarang ada belajar jarak jauh. Kita telah bekerja sama dengan BAKTI Kominfo, misalnya memasang wifi tetapi belum e-masjid. Jadi masih untuk anak-anak yang di daerah terpencil agar bisa belajar online," kata dia kepada Republika.co.id, Senin (31/8).

Imam menjelaskan, jumlah masjid yang dalam proses pemasangan wifi yakni 1.000 masjid, yang difokuskan pada daerah terpencil di Provinsi Aceh terlebih dulu. Pemasangan ini dilakukan di masjid yang sebagian jamaahnya memang tergolong kurang mampu dan anak-anak kecilnya kesulitan belajar jarak jauh.

"Jadi agar anak-anak bisa kembali ke masjid sambil belajar online. Kalau ini sudah, nanti dari situ akan membuka e-masjid. Itu tahapannya. Jadi pasti mengarah ke e-masjid supaya masjid memiliki kreatifitas baru, back to mosque," tuturnya.

Imam juga memaparkan, proses pemasangan wifi di 1.000 masjid di Aceh ini sudah berlangsung sejak dua bulan belakangan. "Sudah beberapa bulan, sekitar 2 bulan terakhir. Di Aceh sudah sekitar 1.000 masjid. Lagi on process untuk pemasangan," tutur dia.

Dengan mendigitalisasi masjid, Imam mengatakan, maka diharapkan masyarakat Muslim bisa lebih terbuka lagi terhadap informasi-informasi masjid. Masjidnya pun juga harus membuka diri dengan program-program yang bisa diketahui oleh publik.

"Jangan sampai ada masjid yang tertuduh masjid rasis, masjid fundamentalis, ataupun masjid-masjid yang tidak jelas," ucapnya.

Lebih lanjut, Imam mengapresiasi peluncuran e-Istiqlal pada beberapa hari lalu. Menurutnya masjid sekelas Istiqlal memang sudah seharusnya memiliki platform seperti itu.

"Keistimewaan Istiqlal itu kan masjid negara, jadi memang harus ada. Saya kira di masjid-masjid islamic center di dunia, itu juga ada informasi tentang kemasjidan itu. Jadi kami ucapkan selamat untuk Istiqlal karena ini menunjukkan adanya kemajuan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement