Rabu 02 Sep 2020 06:22 WIB

Kepala BPOM: Vaksin dari UEA Sudah Bersitifikat Halal

Sertifikat halal berdasarkan hasil uji klinik fase satu dan dua.

Rep: Febryan A/ Red: Hiru Muhammad
Fasilitas Adnec untuk relawan uji coba vaksin Covid-19 Uni Emirat Arab (UEA).
Foto: Khaleej Times
Fasilitas Adnec untuk relawan uji coba vaksin Covid-19 Uni Emirat Arab (UEA).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito menyebut vaksin kerjasama antara Uni Emirat Arab (UEA), Tiongkok, dan Indonesia, telah bersertifikat halal. Hal itu ia ungkapkan setelah mengunjungi proses uji klinik tahap ketiga vaksin tersebut di Abu Dhabi pada akhir Agustus lalu.

Penny mengatakan, kandidat vaksin Covid-19 tersebut mendapatkan sertifikat halal berdasarkan hasil uji klinik fase satu dan dua. Hasil uji klinik kedua fase itu juga telah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) dari Regulator Pengawas Obat Republik Rakyat Tiongkok (RRT), National Medicines Products Administration (NMPA) pada Juli 2020.

Dalam kunjungannya, Penny juga meninjau proses uji klinik tahap ketiga vaksin tersebut. “Kami meninjau langsung pelaksanaan uji klinik vaksin Covid-19 di Vaccine Testing Centre. Hal ini dilakukan untuk memastikan uji klinik tersebut dijalankan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan untuk mendukung data keamanan dan khasiat vaksin tersebut,” kata Penny dalam siaran persnya yang diterima Republika di Jakarta, Selasa (1/9).

Uji kilinik tahap tiga Vaksin itu,  ditargetkan diikuti 22.000 peserta uji dari 119 kebangsaan. Pada saat Penny berkunjung, sudah terdapat 15.000 peserta.

Untuk melaksanakannya, dilibatkan lebih dari 100 dokter dan tenaga farmasi serta 1.000 perawat dan petugas laboratorium. Selain meninjau, Penny juga meneken Memorandum of Understanding (MoU) untuk mengawal proses regulasi di bidang obat dan vaksin bersama dengan Kepala Regulator Pengawasan Obat UEA, Amin Hussain Al Amiri.

Kunjungan Penny ke UEA dilakukan pada 24 hingga 26 Agustus lalu. Kunjungan tersebut adalah tindak lanjut atas kunjungan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke Tiongkok dan UEA pada 19 hingga 21 Agustus lalu.

Kunjungan dua menteri itu membuahkan hasil berupa komitmen UEA menyediakan 10 juta vaksin untuk Indonesia. Vaksin tersebut merupakan kerja sama pengembangan vaksin Covid-19 antara perusahaan G-42, UEA dan Sinopharm, Tiongkok serta Kimia Farma, Indonesia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement