Kamis 03 Sep 2020 22:31 WIB

Air Zam-zam Juga Tersedia di Masjid Nabawi

Galon berisi air Zam-zam ini disiapkan untuk jamaah Masjid Nabawi.

Termos-termos berisi air zamzam di dalam Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.
Foto: Republika/Ani Nursalikah
Termos-termos berisi air zamzam di dalam Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Masjid Nabawi di kota Madiah Al Munawarah, setiap harinya menyediakan ribuan galon air Zam-zam untuk jamaah haji dari berbagai negara. Memang tidak seperti di Masjidil Haram, air Zam-zam yang berada di Masjid Nabawi ini merupakan pasokan dari sumur Zam-zam di Makkah yang dialirkan melalui daerah Kudai, Makkah.

Setiap harinya, air Zam-zam yang berada di dalam Masjid Nabawi bisa dikonsumsi oleh jamaah yang datang shalat. Jumlahnya mencapai ribuan liter. Galon berisi air Zam-zam ini disiapkan untuk jamaah Masjid Nabawi dan diletakan di halaman dan di dalam Masjid Nabawi. Apabila galon sudah tidak berisi air lagi, maka akan dipindahkan ke bagian halaman masjid untuk di isi kembali.

Pada musim haji, kebutuhan air Zam-zam lebih meningkat dibandingkan dengan hari biasanya. Karena itu, suplainya pun disesuaikan dengan jumlah jamaah haji yang mencapai puluhan ribu jamaah yang datang secara bergelombang di Madinah.

Di samping untuk menghilangkan dahaga dan mengenyangkan perut yang lapar, air Zam-zam memang diyakini dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Tentu saja jika ia berikhtiar dan memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah. Banyak pula jamaah perempuan yang membasuh mukanya dengan menggunakan air Zam-zam. Mereka percaya, air Zam-zam dapat membuat wajah awet muda dan lebih cerah.

Selama berada di Madinah, pada waktu shalat di Masjid Nabawi, jamaah asal Indonesia umumnya selalu menyempatkan diri untuk meminum air Zam-zam. Bahkan banyak di antara mereka yang membawa botol kosong untuk kemudian diisi air Zam-zam ketika pulang. 

Sumur Zam-zam mempunyai riwayat yang tersendiri. Sejarahnya tidak dapat dipisahkan dengan isteri Nabi Ibrahim AS, yaitu Siti Hajar dan putranya Ismail AS. Diriwayatkan, ketika Ibrahim meninggalkan istrinya Hajar dan anaknya, Ismail, di sisi Ka'bah, mereka hanya dibekali air dan kurma. Beberapa lama kemudian persediaan makanan mereka  habis. Hajar dalam suasana panik, lalu naik ke bukit Shafa dengan harapan ada seseorang yang dapat memberi pertolongan.

Namun tak seorang pun dilihatnya. Hajar lantas lari ke bukit Marwah dengan harapan serupa. Tapi, tak juga terlihat orang. Ia kemudian berlari-lari antara Shafa dan Marwah sampai tujuh kali. Barulah pada putaran ketujuh ia mendengar bunyi air yang ternyata mata air Zam-zam. Dari situlah Hajar minum sepuasnya dan menyusui anaknya, Ismail. 

 

*Artikel ini telah dimuat di Harian Republika, Senin, 24 Nopember 2008

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement