REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT CITY -- Pemerintah Kuwait baru saja melantik delapan hakim wanita, Kamis lalu (3/9). Pelantikan dan upacara sumpah itu menjadi sejarah tersendiri di Kuwait, mengingat belum pernah ada hakim wanita di negara Teluk yang diberikan kepercayaan mengemban tugas itu.
Namun demikian, menurut ketua dewan peradilan tertinggi Kuwait dan pengadilan kasasi, Yousef al-Matawa, kinerja hakim wanita yang terpilih itu tetap akan dievaluasi dalam jangka waktu tertentu. Namun, dirinya tidak merinci berapa lama waktu yang dimaksudkannya itu.
Mengutip Al-Araby Sabtu (5/9), delapan hakim wanita itu termasuk di antara 54 orang lainnya yang ditunjuk sebagai hakim di Mahkamah Agung Kuwait. Dengan adanya pelantikan itu, saat ini masyarakat Kuwait dinilai sebagai salah satu negara yang memiliki kebebasan lebih dan terbuka di antara negara Teluk lainnya.
Tetapi, beberapa keluarga yang masih memegang teguh nilai tradisional, diketahui masih melakukan pembatasan ketat pada anggota keluarga perempuan mereka. Walaupun, saat ini posisi tinggi di pemerintahan telah didapat wanita Kuwait.
Menurut Kepala Masyarakat Sosial dan Budaya Wanita Kuwait, Lulwa Saleh Al-Mulla, hal itu memang masih dan telah lama terjadi. Dirinya menegaskan, organisasi yang dipimpinnya juga memang telah lama memperjuangkan hak wanita menjadi hakim.
"Ini membuat hati kami merasa lebih hangat. Dan kami yakin kami akan mengambil langkah menuju jajaran negara maju," katanya.
Sebagai informasi, Kuwait telah memberikan hak dan izin memilih serta mencalonkan diri sebagai pemegang jabatan politik sejak 2005. Bahkan, empat tahun berselang, diketahui ada anggota parlemen perempuan pertama yang terpilih.
https://english.alaraby.co.uk/english/news/2020/9/3/kuwait-swears-in-first-female-judges
Ikuti Whatsapp Channel Republika
