Senin 07 Sep 2020 12:08 WIB

Ditawarin Jibril Hantamkan Gunung, Rasul SAW Pilih Mendoakan

Rasulullah memilih mendoakan kaumnya daripada menghantamkan gunung.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Rasulullah memilih mendoakan kaumnya daripada menghantamkan gunung. Satu sudut Kota Thaif, Arab Saudi.
Foto: Al-utsmaniyah-tours.com/ca
Rasulullah memilih mendoakan kaumnya daripada menghantamkan gunung. Satu sudut Kota Thaif, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nabi Muhammad SAW diutus sebagai nabi dan rasul sekaligus menjadi suri teladan yang baik bagi umatnya. Salah satu sikap nabi yang patut diteladani adalah tetap mendoakan meskipun dizalimi.  

Sikap Nabi SAW ini ditunjukkan ketika beliau datang ke Thaif untuk berdakwah. Saat datang ke Thaif, alih-alih pesan dan nasihatnya didengar, Nabi  SAW malah mendapatkan lemparan batu yang akhirnya melukai wajah dan tubuhnya.   

Baca Juga

Dalam buku "Manusia yang Tidak Seperti Manusia", Ahmad Zarkasih menjelaskan, setelah itu tiba-tiba datang bantuan dari Allah Awt dengan diturunkannya malaikat Jibril As, yang kemudian menawarkan “jasa pelayanan” untuk beliau guna membalas apa yang sudah dilakukan bangsa Thaif yang tidak menghormati Nabi sama sekali.   

Malaikat Jibril saat itu menawarkan kepada Nabi untuk menghancurkan kaum Thaif tersebut dengan gunung yang siap diangkat malaikat. Bagi orang yang sedang dalam keadaan terdesak dan juga juga dalam posisi yang lemah, tentu bantuan semacam ini adalah tawaran yang rasanya sangat baik untuk diterima. 

Namun, Nabi Muhammad justru menolak tawaran malaikat Jibril tersebut dan memilih untuk mendoakan kaum Thaif yang menzaliminya. Saat darah masih mengalir di wajahnya, Nahi Saw mengangkat tangan lalu mengatakan: 

إِنَّ اللهَ لم يبعَثْنِي طعَّانًا ، ولا لعَّانًا ، ولكن بعَثَني داعِيًا ورحمَةً ، اللهم اهدِ قوْمِي فإِنَّهم لا يعلمونَ

"Allah tidak mengutusku untuk menjadi orang yang merusak dan juga tidak untuk menjadi orang yang  melaknat. Akan tetapi Allah SWT mengutusku 

untuk menjadi penyeru doa dan pembawa rahmat. Ya Allah, berilah hidayah untuk kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman). 

Sangat wajar jika manusia marah setelah mendapatkan banyak luka akibat kezaliman orang lain. Tapi, Nabi SAW memang tidak diutus untuk membalas keburukan dengan keburukan. Tapi beliau diutus Allah SWT sebagai agen kebaikan dan penyebar kasih sayang.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement