Kamis 10 Sep 2020 11:19 WIB

Risma Jamin Ketersediaan Rumah Sakit Covid-19 di Surabaya

Risma sebut Surabaya masih miliki 900 kamar rumah sakit yang kosong.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Indira Rezkisari
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memastikan ketersediaan kamar di rumah sakit yang dikhususkan merawat pasien terkonfirmasi positif Covid-19 sangat mencukupi.
Foto: ANTARA/M RISYAL HIDAYAT
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memastikan ketersediaan kamar di rumah sakit yang dikhususkan merawat pasien terkonfirmasi positif Covid-19 sangat mencukupi.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjamin ketersediaan kamar di rumah sakit yang dikhususkan merawat pasien terkonfirmasi positif Covid-19 sangat mencukupi. Alasannya, tingkat kesembuhan harian pasien Covid-19 di Surabaya lebih tinggi daripada penambahan pasien terkonfirmasi Covid-19.

"Rumah sakit (khusus Covid-19) kamarnya yang kosong 900 lebih kamar. Kemudian 58 kamar yang ada ventilatornya itu kosong. Mudah-mudahan tidak dihuni lagi. ICU juga kosong kurang lebih 26 bed. Mudah-mudahan ini bisa segera selesai sehingga ekonomi Surabaya segera pulih," kata Risma di Surabaya, Kamis (10/9).

Baca Juga

Risma mengatakan, saat ini pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Surabaya tinggal 500-an orang. Sebagian besar menjalani isolasi mandiri di rumah.

Bahkan yang dirawat di rumah sakit pun, sekitar 75 persen diakuinya telah terkonversi negatif Covid-19. Namun masih ada yang harus menjalani perawatan karena penyakit penyertanya yang belum sembuh.

 

"Rata-rata yang di rumah sakit sudah negatif tapi penyakit komorbidnya itu belum sembuh. Hampir 75 persen yang dirawat di rumah sakit itu sudah negatif tapi belum bisa dikeluarkan karena masih menderita penyakit yang menyertainya," ujar Risma.

Risma melanjutkan, dalam upaya mengendalikan penularan Covid-19, pihaknya gencar melakukan razia dengan melibatkan jajaran kecamatan, Babinsa, Bhabinkamtibmas, Polsek, dan Koramil. Sasaran utamanya adalah komunitas kecil seperti perumahan, warung kopi, restoran, kafe, pasar tradisional, hingga pusat perbelanjaan atau mal.

"Yang kita jaga memang di komunitas kecil jadi misalkan di warung kopi, di restoran, kemudian di mal. Itu yg kita jaga. Jadi kita memang harus disiplin di situ. Di perumahan, warung, toko, pasar, dan sebagainya," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement