Sabtu 12 Sep 2020 19:31 WIB

Geliat Pemain Online Travel

Dukungan yang diberikan investor membantu untuk bertahan.

Rep: Sudarmadi (swa.co.id)/ Red: Sudarmadi (swa.co.id)
Serlina S. Wijaya - Chief Marketing Officer (CMO) Pegipegi
Serlina S. Wijaya - Chief Marketing Officer (CMO) Pegipegi

Minggu lalu dunia bisnis nasional dikejutkan dengan berita bahwa Traveloka kembali mendapatkan pendanaan baru US$ 250 juta atau setara Rp 3,6 triliun. Dari sejumlah investor yang menggelontorkan dana baru tersebut, ada sebagian yang sebelumnya memang sudah masuk di Traveloka seperti IV Growth. Namun, juga ada beberapa investor global baru. Fenomena ini menarik karena pemain lain diam-diam juga mendapatkan tambahan dana meski tanpa publikasi.

Fenomena yang terjadi belakangan ini menjadi tanda keyakinan dari kalangan startup penyedia layanan perjalanan berbasis online (online travel agent/OTA), bahwa masa depan bisnis travel dan wisata akan tetap cerah dan sekarang hanya melambat karena dampak Covid-19. Sebelumnya, kalangan pelaku bisnis pariwisata mengakui bahwa sektor pariwisata merupakan segmen bisnis yang paling terpukul oleh pandemi corona dan kondisi mereka berada di titik terendah yang belum pernah terjadi sejak pertama kali startup-startup itu berdiri. Namun, apa yang terjadi belakangan menyiratkan keyakinan dan optimisme untuk bangkit.

"Meskipun berada di situasi sulit, Traveloka tetap menghadirkan inovasi-inovasi yang relevan dengan perubahan perilaku konsumen di periode pandemi Covid-19 ini, dengan tujuan memberikan kemudahan bagi pengguna dan mitra," ungkap Christian Suwarna, Chief Marketing Officer (CMO) & Chief Executive Officer Traveloka Experience. Karena itu, Traveloka menghadirkan produk yang mendukung social distancing bagi konsumen seperti Online Xperience hingga strategi pemasaran teranyar, seperti LIVEstyle Flash Sale, yang diharapkan dapat membantu para mitra untuk terus mempertahankan operasional bisnisnya.

Christian dan tim Traveloka melihat saat ini sudah ada sinyal positif dari kepercayaan diri konsumen untuk mulai melakukan perjalanan dan liburan di dalam kota. "Tren serupa juga kami lihat di negara-negara Asia Tenggara lain, seperti Thailand dan Vietnam, penduduknya mulai melakukan staycation dalam kota dan melakukan perjalanan jarak dekat," kata Christian.

Sebab itu, pihaknya kini mencoba membantu mempercepat pemulihan industri melalui sejumlah inovasi produk dan layanan, serta berkolaborasi dengan mitra. "Kami optimistis industri ini akan pulih seiring tingginya kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol yang ditetapkan," Christian menegaskan.

Sementara itu, Gaery Undarsa, co-founder yang juga CMO Tiket.com, menjelaskan, guna menghadapi dampak pandemi terhadap bisnis, pihaknya membuat beberapa skenario atau plan tertentu. "Skenario yang kami buat ada skenario tiga bulan, skenario enam bulan, sampai skenario satu tahun," kata Gaery.

Ia akui, di awal masa pandemi, Tiket.com sempat mengalami masa penurunan dari penjualan rata-rata harian hingga 75 persen. Namun, saat ini penjualan berangsur-angsur normal walaupun belum 100% seperti sediakala. "Impact penurunan terbesar terasa untuk produk penerbangan. Maskapai memberlakukan perubahan dan pembatalan jadwal penerbangan, ditambah pemerintah sempat mengeluarkan kebijakan penutupan bandara dan pembatasan penerbangan," paparnya.

Hingga sekarang people management Tiket.com masih berjalan normal, tak terjadi pengurangan staf dan pemotongan gaji. "Bagi Tiket.com, aset nomor 1 adalah people. Alternatif yang kami ambil saat ini adalah efisiensi berupa pemotongan cost yang bisa diminimalisir, antara lain spending marketing dan discounting. Kami melakukan cut spending budget hingga 90%," Gaery menjelaskan.

Kini pihaknya berusaha melihat kebutuhan pelanggan di masa adaptasi new normal dengan meluncurkan fitur baru. Antara lain, Tiket Clean dan Tiket Flexi.

Serlina Wijaya, CMO Pegipegi, memperkuat pendapat dua pelaku bisnis di atas. Saat ini mulai muncul harapan positif karena bisnis perlahan-lahan mulai meningkat kembali. "Pegipegi melihat adanya peningkatan tren staycation yang cukup pesat pada beberapa minggu terakhir. Bahkan, melebihi yang kami prediksikan pada awalnya. Tentunya, ini menjadi harapan baru bahwa industri pariwisata akan pulih," kata Serlina.

Sejauh ini, ia menjelaskan, strategi PegiPegi agar tetap bertahan di situasi krisis antara lain meluncurkan fitur Clean & Safe Stay. Fitur ini bertujuan membantu pelanggan memilih hotel yang telah menerapkan standar kebersihan tinggi demi memastikan pengalaman yang aman dan nyaman selama menginap.

Selain itu, juga meluncurkan kampanye #PegipeginyaLebihAman. Melalui kampanye ini, Pegipegi mengajak masyarakat untuk selalu mengutamakan aspek-aspek kesehatan dan keselamatan bagi mereka yang ingin melakukan aktivitas traveling di masa new normal. "Kami terus berinovasi dengan menghadirkan berbagai fitur untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk dapat traveling kembali," katanya.

Serlina percaya bahwa ada pertanyaan terbesar dari semua orang yang saat ini belum bisa terjawab, yaitu kapan krisis ini akan berakhir. Tentu saja, semua pelaku bisnis berharap krisis ini bisa berlalu dengan cepat.

Selain semangat dan inovasi mereka untuk terus survive, ada hal lain yang juga sama dari para pemain itu. Yakni, dukungan dan komitmen para investor yang tetap setia mendanai dan mengawal perusahaan. "Dukungan yang diberikan investor telah membantu kami bertahan di situasi yang sulit ini. Penting bila kita didukung investor yang memiliki visi dan misi yang sama," Serlina menandaskan. (*)

Sudarmadi, Arie Liliyah, Anastasia A.S., dan Andi Hana Mufidah Elmirasari

www.swa.co.id

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement