Senin 14 Sep 2020 00:41 WIB

Kasus DBD di Karawang Naik Lebih dari 10 Kali Lipat

Kasus DBD di Karawang meningkat tajam, salah satunya karena siklus lima tahunan

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Nur Aini
Pasien demam berdarah dengue (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pasien demam berdarah dengue (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG — Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Karawang tahun ini mengalami peningkatan cukup tajam dibandingkan tahun lalu. Jumlah kasusnya bahkan tercatat naik lebih dari 10 kali lipat.

Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang Yayuk Sri Rahayu mengatakan kasus DBD pada Agustus mulai berkurang dibanding bulan-bulan sebelumnya. Namun, angkanya jauh meningkat dibanding tahun lalu jika diakumulasikan.

Baca Juga

“Kumulatif kasus untuk tahun 2019 periode Januari sampai Agustus sebanyak 199 kasus, sementara Januari sampai Agustus 2020 tercatat 1.219 kasus,” kata Yayuk kepada Republika.co.id, Ahad (13/9).

Yayuk mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus DBD di Karawang. Salah satunya yakni siklus lima tahunan DBD pada 2020. Masyarakat sejak awal tahun sudah diminta mewaspadai siklus DBD lima tahunan ini. Untuk kasus DBD, setiap lima tahun memang menunjukkan statistik peningkatan penderita di berbagai wilayah. Perubahan iklim dan lingkungan berpengaruh pada perkembangan jentik nyamuk yang berkembang meluas.

 

“Peningkatan kasus ini di antaranya karena faktor kasus lima tahunan,” ujarnya.

Selain itu, kata Yayuk, pengaruh musim juga menyebabkan kasus DBD masih cukup tinggi hingga Agustus. Padahal, kondisinya saat ini sudah memasuki musim kemarau. Nyamuk demam berdarah biasanya berkembang biak pesat pada musim hujan.

“Karena musim juga tahun ini kemarau masih ada hujan seperti bulan-bulan kemarin,” kata dia.

Pandemi Covid-19, dinilainya juga memberi pengaruh pada peningkaran kasus DBD. Masyarakat jadi cenderung lalai karena fokus pada pencegahan virua corona.

Untuk itu, ia berharap masyarakat tetap mewaspadai kasus DBD. Warga diminta menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta rajin menjalankan 3M plus atau menguras bak mandi, mengubur benda yang berpotensi jadi tempat berkembang biak, serta menutup tempat penampungan air. Hal itu ditambah menanam tanaman pengusir nyamuk dan rajin menggunakan obat anti-nyamuk.

Ia menambahkan untuk kasus DBD hingga Agustus yang paling tinggi terjdi pada Juli lalu. Sementara total kematian pasien DBD disebutnya pada tahun ini sebanyak 12 orang. “Kalau untuk tahun 2019 ada satu warga yang meninggal karena DBD,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement