Senin 14 Sep 2020 00:30 WIB

Kasus Positif Covid-19 India Capai 94.372 dalam Sehari

Meski kasus Covid-19 meningkat tajam, jumlah pasien sembuh juga meningkat di India.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Nora Azizah
Meski kasus Covid-19 meningkat tajam, jumlah pasien sembuh juga meningkat di India (Foto: ilustrasi Covid-19 di India)
Foto: AP / Channi Anand
Meski kasus Covid-19 meningkat tajam, jumlah pasien sembuh juga meningkat di India (Foto: ilustrasi Covid-19 di India)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India mencatat terjadinya lonjakan kasus positif Covid-19 terkonfirmasi dalam satu hari sebanyak 94.372 kasus. Jumlah itu mendorong penghitungan secara keseluruhan di India menjadi 4,75 juta kasus.

Dilansir dari laman Arab News, Kementerian Kesehatan India melaporkan pada Ahad (13/9), sebanyak 1.114 kematian terjadi dalam 24 jam terakhir. Dengan demikian, total kematian akibat Covid-19 di India mencapai 78.586 kasus.

Baca Juga

Meski kasus positif Covid-19 di India tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan negara lain, jumlah orang yang sembuh dari virus itu juga meningkat tajam. Bahkan, tingkat kesembuhan di negara tersebut juga mencapai 77,77 persen.

Menurut Kementerian Kesehatan India, ampir 70 ribu pasien sembuh telah dilaporkan setiap hari di bulan September. Hal itu dikaitkan terhadap kecepatan pemulihan Covid-19 di India dengan pengujian agresif dan pengawasan yang cepat. Namun, para ahli mengatakan, India perlu melakukan tes lebih banyak lantaran jumlah masyarakat yang besar.

India pun menjadi negara kedua dengan kasus Covid-19 terparah, setelah Amerika Serikat. Saat ini, India melakukan tes terhadap lebih dari 1 juta orang setiap hari.

Parlemen India diperkirakan akan mulai kembali bekerja pada Senin (14/9) besok dengan menerapkan jaga jarak fisik yang ketat. Seluruh kegiatan parlemen diliburkan sejak bulan Maret, setelah keputusan lockdown diumumkan untuk mengatasi pandemi Covid-19.

Keputusan lockdown pun menyebabkan krisis ekonomi yang parah di India. Hal itu mengakibatkan, ekonomi India mengalami kontraksi hampir 24 persen pada kuartal kedua dan menjadi yang terburuk di antara berbagai ekonomi top dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement