Senin 14 Sep 2020 18:47 WIB

Erdogan ke Macron: Tak Perlu Ajari Turki Kemanusiaan

Erdogan ingatkan pembantaian Prancis di Aljazair dan Rwanda.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: Turkish Presidency via AP, Pool
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Perseteruan antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan  Presiden Prancis Emmanuel Macron belum juga usai. Erdogan mengatakan bahwa Macron tidak perlulah mengajari Turki soal kemanusiaan. Ia mengingatkan pembantaian Prancis di Aljazair dan Rwanda.

"Presiden Prancis tidak dapat menguliahi kami tentang kemanusiaan," ujar Erdogan dalam laporan Anadolu Agency, dikutip Middle East Monitor, Senin (14/9).

Baca Juga

Pernyataan Erdogan tersebut dilontarkan pada kesempatan simposium Democracy and Freedom Island melawan kudeta atau peringatan 40 tahun kudeta militer 1980 pada Sabtu pekan lalu. Dalam referensi langsung ke Presiden Emmanuel Macron, Erdogan menyinggung presiden Macron yang dinilai kurang paham sejarah.

"Anda (Macron) tidak memiliki pengetahuan tentang sejarah. Anda tidak tahu sejarah Prancis. Anda tidak bisa menguliahi kami tentang kemanusiaan," ujar Erdogan.

Erdogan mengenang pembantaian di Aljazair ketika  sekitar 1 juta orang terbunuh. Sementara di Rwanda 800 ribu orang dibunuh. Ini pun merupakan komentar keras pertama yang diungkapkan langsung oleh Erdogan kepada Prancis.

"Jangan main-main dengan Turki dan orang-orang Turki,” ujar Erdogan. Mendemonstrasikan kemarahan atas komentar Macron,.

Erdogan kembali membidik pemimpin Prancis itu. "Macron, kamu sudah tidak punya banyak waktu. Anda berada di kaki terakhir Anda," kata Erdogan dikutip Guardian.

Sebelumnya, pada Kamis lalu, menjelang pertemuan puncak negara-negara anggota Uni Eropa (UE) bagian selatan, Macron juga menyinggung Turki. "Kita harus keras dengan Pemerintah Turki dan bukan dengan rakyat Turki, yang berhak mendapatkan lebih dari Pemerintah Erdogan. Turki tidak lagi menjadi mitra di kawasan Mediterania," kata presiden Prancis.

Dia mengklaim sekutu NATO Turki mengalami beberapa persingungan yang tidak dapat diterima dengan kapal Prancis di lepas pantai Libya. Hubungan antara Turki dan Prancis telah memburuk di Mediterania timur. Namun tak hanya di Mediterania Timur, keduanya juga punya masalah besar lainnya termasuk perbedaan soal konflik Suriah dan Libya.

Pada pidatonya Sabtu lalu, Erdogan menuduh Prancis campur tangan di Libya karena alasan 'bensin'. Adapun di Afrika untuk berlian, emas, tembaga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement