Selasa 15 Sep 2020 19:11 WIB

UB Bakal Bangun Museum Artefak dari Masa Raja Brawijaya

Keberadaan museum sudah harus dimulai dengan memikirkannya sebagai bagian master plan

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Bilal Ramadhan
Universitas Brawijaya
Foto: Universitas Brawijaya
Universitas Brawijaya

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Brawijaya (UB) melalui tim Doktor Mengabdinya berencana membangun museum flagship yang salah satunya kelak memamerkan artefak asli maupun replika dari masa Raja Brawijaya. Museum juga akan menyediakan ruang ekshibisi sebagai tempat pamer hasil studi civitas akademika UB.

Ketua tim Doktor Mengabdi UB, Hipolitus Kristoforus Kewuel, menjelaskan museum flagship UB sengaja direncanakan sebagai pembeda dengan yang lain. Bahkan, museum yang akan dibangun nantinya bersifat universal bukan parsial.

"Karena hampir semua (kampus) mengembangkan flagship yang bersifat partial," kata Hipolitus.

Sebagian besar museum di kampus lain lebih sering mengambil tema di bidang ilmu tertentu. Dari sini, UB ingin menciptakan hal berbeda dengan mencakup semua keilmuan.  Museum UB nantinya didesain sesuai bentuk dan isinya.

Dengan konsep universal, maka museum UB diharapkan akan terus berdinamika. Museum yang tidak saja menghadirkan masa lampau, tetapi juga masa kini dan masa depan melalui hasil-hasil studi. "Itulah sebabnya, museum UB akan lebih cocok mendapat julukan Museum Tumbuh,” jelasnya.

Dekan FIB Profesor Agus Suman bersama Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja sama UB, Profesor Moch. Sasmito Djati mengatakan, rencana pembangunan flagship UB melalui museum perlu diseriusi oleh pimpinan UB. Hal ini perlu dimulai dengan memikirkannya sebagai bagian dari master plan pengembangan UB dalam tahun-tahun mendatang.

Menurut Agus, flagship memiliki fungsi praktis sebagai media bagi UB untuk ikut serta dalam persaingan global. "Kalau tidak ada strategi khusus, sebuah lembaga akan sulit memiliki daya saing yang diperhitungkan," kata Agus.

Sasmito Djati menambahkan, UB memang sudah saatnya memiliki  flagship yang membedakannya dari universitas-universitas lain. Program in membutuhkan pemikiran serius dan strategi jitu agar flagship betul-betul unik.

“Kalau semua warna merah, lalu kita juga berwarna merah, maka kita akan hilang. Kita perlu cari sesuatu yang lain, kita perlu tampil beda dari yang lain supaya tampak,” kata Sasmito.

Flagship UB harus flagship yang bersifat universal sehingga bisa memberi gambaran holistik tentang semua aktivitas pengembangan keilmuan yang berada di UB. Salah satu jalan yang paling mungkin adalah membangun flagship yang mendasarkan diri pada nilai universal. Nilai-nilai itu bisa digali dari semangat Raja-raja Brawijaya yang telah menjadi nama universitas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement