Kamis 17 Sep 2020 12:31 WIB

Arab Saudi Restorasi Istana di Distrik Bersejarah Al-Fouta

Sebanyak 15 istana kuno akan direstorasi.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Arab Saudi Restorasi Istana di Distrik Bersejarah Al-Fouta.
Foto: arab news
Arab Saudi Restorasi Istana di Distrik Bersejarah Al-Fouta.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Sebuah proyek besar yang direncanakan oleh pemerintah Arab Saudi akan mengembalikan kejayaan dari 15 istana tua di ibu kerajaan, Riyadh. Menteri Kebudayaan dan yang juga Ketua Otoritas Warisan Sejarah Saudi, Pangeran Badr bin Abdullah bin Farhan, mengumumkan pada Ahad (13/9), pekerjaan tersebut adalah bagian dari proyek restorasi yang lebih luas di distrik bersejarah di pusat Riyadh.

Proyek restorasi tersebut dikelola oleh Kementerian Kebudayaan, diwakili oleh Otoritas Warisan Sejarah, dan dalam kemitraan dengan Komisi Kerajaan untuk Riyadh dan pemerintah kota Riyadh. Proyek ini datang sebagai bagian dari ketajaman Raja Salman untuk melestarikan warisan sejarah Saudi. Proyek ini juga berada di bawah arahan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Baca Juga

Dari 15 istana itu, tujuh bangunan yang ada di distrik barat Al-Fouta berasal dari 1944, sementara tiga di Al-Fouta timur berasal dari 1935. Proyek ini juga akan merestorasi lima istana kerajaan, di antaranya Istana Raja Fahd, Istana Raja Abdullah, istana Putri Haya binti Abdulrahman, Istana Pangeran Sultan, dan Istana Putri Al-Anoud di distrik Dhahira, Al-Fouta, dan Umm Salim.

Distrik Al-Fouta memiliki suasana kuno yang menawan yang membawa pengunjung ke era lain. Di sana, pengunjung akan menemukan taman tertua di Riyadh, Taman Al-Fouta, dan Istana Merah yang bersejarah.

 

Istana Merah merupakan hadiah untuk Raja Saud dari pendiri Kerajaan, Raja Abdul Aziz. Bangunan istana tersebut dijadikan sebagai museum, serta masjid dan kantor pemerintah pada Maret 2019.

Pangeran Badr juga mengucapkan rasa terima kasih atas dukungan yang diberikan oleh Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman kepada sektor budaya dan warisan sejarah. Dalam keterangan pers yang dikeluarkan pada Selasa lalu, Pangeran Badr mengatakan proses restorasi itu akan memenuhi standar internasional untuk restorasi bangunan bersejarah.

Para pakar mengatakan berbagai bangunan bersejarah itu sangat membutuhkan perbaikan demi mengembalikan kepada kejayaannya. Spesialis dalam arsitektur warisan bersejarah, Rana Alkadi, mengatakan proyek tersebut akan memberikan kontribusi penting bagi pelestarian budaya Saudi.

"Menghidupkan kembali jantung warisan kota Riyadh akan melestarikan identitasnya dan meningkatkan ikatan budaya historisnya ke masa lalu," kata Alkadi, dilansir di Arab News, Selasa (15/9).

Sejarawan Saudi Majed Al-Ahdal menyebut proyek renovasi tersebut sebagai langkah kemajuan yang penting. Ia lantas menekankan pentingnya menghargai dan memahami masa lalu sesuatu untuk sepenuhnya menghargai masa depan.

Ia berpendapat, masa depan terbuka bagi mereka yang mengetahui masa lalu dengan baik dan menggunakan wawasannya yang diberikan masa lalu untuk bergerak maju dengan rasa percaya diri. Meskipun, renovasi bangunan-bangunan tersebut mungkin tampak seperti upaya estetika murni di permukaan, namun menurutnya arsitektur adalah salah satu cara paling mendasar untuk mengukur kemajuan kota.

"Istana-istana ini menyaksikan acara dan tanggal-tanggal penting yang tak terhitung jumlahnya, dan karenanya sepenuhnya layak untuk dipulihkan ke kejayaan mereka sebelumnya," kata Al-Ahdal.

Pekerjaan restorasi tersebut akan dilaksanakan dalam dua tahap selama 24 bulan, mulai Januari 2021. Proyek akan dimulai dengan melakukan studi lengkap terhadap semua bangunan warisan penting di pusat kota Riyadh.

Proyek ini bertujuan melestarikan bangunan warisan bersejarah dari nilai arsitektur dan pentingnya sejarah dan mengubahnya menjadi sumber daya ekonomi, sosial, budaya, dan pariwisata. Dalam hal ini, proyek tersebut menegaskan kembali identitas budaya mereka dalam konteks sejarah Riyadh.

Upaya pemerintah Saudi melestarikan warisan sejarah arsitektur negara itu memang telah meningkat secara signifikan selama setahun terakhir. Pada Kamis lalu, Pangeran Badr mengumumkan melalui Twitter setelah sebelumnya memenangkan keanggotaan di Dewan Eksekutif UNESCO dan Komite Warisan Sejarah Dunia, Negara-negara anggota kini telah memilih Kerajaan Saudi untuk menjadi anggota Komite Warisan Budaya Takbenda.

Pada 2019, Arab News melaporkan senilai 50 juta riyal (13,33 juta dolar AS) telah dijanjikan oleh Putra Mahkota Mohammad bin Salman untuk mendukung restorasi di distrik Al-Balad yang bersejarah di Jeddah, yang merupakan sebuah situs Warisan Budaya UNESCO.

https://www.arabnews.com/node/1734141/saudi-arabia

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement