Jumat 18 Sep 2020 14:13 WIB

HDC Malaysia Siap Jadi Konsultan Halal Negara Asing

Malaysia ingin mengukuhkan diri sebagai sentra halal dunia.

Rep: Rizky suryarandika/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi Halal
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Ilustrasi Halal

REPUBLIKA.CO.ID, KUALALUMPUR -- Perusahaan Pengembangan Halal Berhad Malaysia (HDC) siap terlibat dalam sejumlah kolaborasi lintas negara untuk membangun infrastruktur halal. Malaysia ingin mengukuhkan diri sebagai sentra halal dunia.

HDC mengklaim negara seperti Rusia, Taiwan dan Senegal pernah mengajak kerjasama. HDC dianggap mampu mengembangkan kapasitas bisnis halal negara-negara itu.

HDC siap menyediakan jasa konsultasi bisnis agar negara lain bisa mengembangan industri halalnya. HDC ingin negara lain terjun dalam pasar halal global.

Kepala Eksekutif HDC Hairol Ariffein Sahari menyatakan kerjasama lintas negara ini ialah upaya baru agar keahlian Malaysia di dunia halal semakin diakui.

"Selama ini, Malaysia sudah sangat sukses dalam mempromosikan produk halal ke seluruh dunia melalui sertifikasi yang mana sekarang dilihat sebagai standar emas," kata Hairol dilansir dari Salaam Gateway pada Kamis (17/9).

Hairol menyatakan tujuan utama Malaysia dalam kerjasama ini bukan sekedar uang belaka. Malaysia bakal mendapat kepercayaan dalam dunia halal yang dianggap penting. Hal ini sejalan dengan Rencana Jangka Panjang Industri Halal 2030 HDC.

"Kami menempatkan strategi dimana kami akan menjadi pusat industri halal dunia. Bagian dari tujuan ini ialah membantu negara lain agar kompeten di bisnis halal," ucap Hairol.

"Kami sampai sekarang belum mendapat untung dari perjanjian dagang semacam ini," lanjut Hairol.

Berdasarkan data dari Promotor Penjualan Luar Negeri Malaysia (MATRADE) tahun ini, disebutkan hampir 7.500 perusahaan dalam industri halal. Sayangnya dari jumlah itu, hanya seperempatnya yang bisa menembus pasar luar negeri.

Masalah ini diakui Hairol sebagai bentuk kejomplangan penjualan produk halal. Ia mendata adanya defisit penjualan produk halal dengan impor $25 miliar dan ekspor $10 miliar.

"Ekosistem Halal Malaysia butuh lebih terkoneksi dengan ekosistem halal di negara lain," ujar Hairol.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement