Sabtu 19 Sep 2020 08:38 WIB

Konseling Psikologi Islam Layani Trauma Pasien Covid

Banyak masalah kejiwaan yang dialami masyarakat dengan dilatarbelakangi pandemi.

Rep: Andrian Saputra/ Red: A.Syalaby Ichsan
Calon siswa baru jalur Kelas Khusus Olahraga (KKO) SMP Negeri 1 Solo mengikuti seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Fakultas Keolahragaan UNS, Manahan, Solo, Jawa Tengah, Rabu (17/6/2020). Seleksi yang meliputi tes fisik umum, khusus sosialisasi cabang olahraga, tes kesehatan dan psikologi tersebut menyesuaikan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran COVID-19
Foto: Antara/Maulana Surya
Calon siswa baru jalur Kelas Khusus Olahraga (KKO) SMP Negeri 1 Solo mengikuti seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Fakultas Keolahragaan UNS, Manahan, Solo, Jawa Tengah, Rabu (17/6/2020). Seleksi yang meliputi tes fisik umum, khusus sosialisasi cabang olahraga, tes kesehatan dan psikologi tersebut menyesuaikan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran COVID-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adanya indikasi gangguan mental akibat pandemi Covid-19 membuat para psikolog bergerak untuk menggelar konseling daring. Layanan ini diikuti banyak warga yang kejiwaannya terguncang. 

Asosiasi Psikologi Islam (API) Sulawesi Selatan bekerja sama dengan Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) mengadakan program dukungan kesehatan mental (psikospiritual) secara daring sejak wabah merebak di nusantara. Program ini bertujuan untuk memberikan pendampingan, psikoedukasi, konseling, dan psikoterapi Islam bagi masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19. 

Mereka yang mengalami stres karena terkena pemutusan kerja, bahkan terhadap pasien yang mengalami guncangan kejiwaan setelah dinyatakan positif Covid-19 bisa mengikuti layanan ini. 

Menurut Koordinator Program Dukungan Kesehatan Mental (Psiko-spiritual) Sulawesi Selatan, Ahmad Yasser Mansyur, program tersebut direspons sangat positif oleh masyarakat. Setiap hari banyak warga yang berkonsultasi secara daring kepada tim program tersebut tentang masalah-masalah psikis yang dialami terkait dengan pandemi Covid-19.

 

"Tidak hanya psikososial, tapi psikospiritualnya kita perkuat. Layanannya konseling dan psikoterapi, pendampingan masalah sehari-hari dan yang paling banyak itu ketakutan mati karena Covid," kata Ahmad Yasser kepada //Republika//, beberapa hari lalu. 

Menurut Ahmad, banyak masalah kejiwaan yang dialami masyarakat dengan dilatarbelakangi pandemi. Sebagian mengalami psikosomatis, ketakutan berlebih terpapar Corona, bahkan hingga ketakutan akan kematian. Contohnya,  pasien yang divonis positif Covid-19, atau keluarga pasien yang juga harus menjalani isolasi. Menurut Ahmad, para psikolog Islam berupaya memberikan bantuan dengan terapi dengan pendekatan agama bersumber dari Alquran. 

Selain layanan daring, pihaknya juga mencoba bekerja sama dengan salah satu rumah sakit di Sulawesi Selatan dalam menangani pasien positif Covid-19. Terutama pasien yang menjalani isolasi dan mengalami kecemasan dan ketakutan akan kematian karena penyakit yang dideritanya. Layanan ini termasuk menyediakan bahan bacaan bagi pasien tentang langkah-langkah agar pasien bisa mengatasi kecemasannya. 

 

Menurut Ahmad, dengan semakin bertambahnya kasus pandemi Covid-19, masyarakat perlu tetap optimistis guna menjaga kejiwaan agar tidak terguncang dan stres sehingga menurunkan imunitas tubuh. 

"Langkah utama itu sabar, kita sandarkan seluruh keluhan, masalah itu pada Allah. Karena hanya orang sabar yang akan mendapatkan kabar gembira. Dan dalam sabar itu ada syukur, ada penerimaan, ada bangkit dan tidak putus asa, ada berusaha dengan amal-amal yang terbaik," kata dia.

Ketua Umum Pengurus Pusat Asosiasi Psikologi Islam (API)-Himpsi Dr Agus Abdul Rahma mengatakan, program-program pelayanan psikologi untuk membantu masyarakat terdampak Covid-19 secara gratis telah dijalankan di berbagai daerah. Selain memberikan layanan konsultasi daring, API juga menggelar seminar atau diskusi daring. "Masyarakat butuh rekan, butuh untuk berbagi apalagi yang mempunyai masalah karena terdampak Covid-19," kata Agus. 

 

Kendati ada kendala dalam jaringan internet khususnya saat memberi konsultasi kepada masyarakat yang berada di wilayah terpencil, Agus menjelaskan, program tersebut tetap jalan. Agus pun memberikan tip agar tidak stres, depresi dan mengalami guncangan jiwa dalam menghadapi pandemi Covid-19. Pada dasarnya orang yang mengalami guncangan kejiwaan karena Covid-19 karena tidak mempunyai harapan untuk bergantung sehingga tidak memiliki motivasi dan kehilangan harapan hidup. 

 

"Kalau dalam psikologi Islam harapan itu harus digantungkan setinggi mungkin karena kita punya Allah sebagai pemberi solusi berbagai masalah. Karena depresi, stres, sering kali karena dia tidak punya pegangan, tak punya harapan, tak punya optimisme," katanya. 

Menurut Agus, sangat penting bagi pasien yang terkonfirmasi Covid-19 maupun masyarakat terdampak Covid-19 untuk tetap optimis dan berharap kesembuhan dan keselamatan kepada Allah. Sebagai Muslim, dia pun menyarankan masyarakat untuk terus berikhtiar dibarengi dengan kesabaran dan tawakal dalam menghadapi Covid-19. Menurut Agus, hal itu sangat penting untuk menjaga imunitas tubuh agar tidak menurun. 

"Orang yang hopeless secara fisik berpengaruh imunitasnya akan menurun. Namun, seorang Muslim punya sesuatu untuk bergantung yaitu Allah. Harapannya besar, optimis, imunitas tubuh akan positif dibandingkan orang yang tak punya harapan yang otomatis fisiknya juga terpengaruh," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement