Sabtu 19 Sep 2020 23:03 WIB

Kapal Belanda Ekspedisi Jalur Rempah di Pulau Banda Neira

Banda yang merupakan titik nol jalur rempah dunia.

Kapal Belanda Ekspedisi Jalur Rempah di Pulau Banda Neira. Benteng Belgica yang menjadi salah satu benteng peninggalan Belanda di Kepulauan Banda Neira.
Foto: Republika/Dwina Agustin
Kapal Belanda Ekspedisi Jalur Rempah di Pulau Banda Neira. Benteng Belgica yang menjadi salah satu benteng peninggalan Belanda di Kepulauan Banda Neira.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDA NAIRA -- Delapan orang kru kapal layar Arka Kinari berbendera Negara Belanda yang menelusuri jalur rempah dan tiba di Pulau Banda Naira, Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, disambut masyarakat dengan acara adat, Sabtu (19/9).

Kehadiran Arka Kinari yang membawa misi budaya dan pelestarian lingkungan tersebut disambut dengan perahu adat kora-kora dari Kampung Fiat yang telah menunggu di selat antara Pulau Gunung Api dan Pulau Naira.

Tokoh adat kemudian meminta pemilih kapal Grey Filastine dan Nova Ruth untuk turun dari kapal untuk naik ke kora-kora. Pasangan suami istri itu kemudian dibawa dengan perahu kora-kora menuju pesisir pantai.

Kedatangan mereka disambut ratusan warga dan pemangku adat Kampung Fiat. Tokoh adat kemudian memberikan cinderamata berupa pala, kayu manis dan kenari yang merupakan rempah-rempah asli asal Pulau Banda kepada Nova Ruth.

Selain itu, miniatur perahu kora-kora diberikan kepada nakhoda Arka Kinari Ben Blankenship, sedangkan miniatur tipa diberikan kepada Grey Filastine yang juga musisi musik kontemporer tersebut.

Kru Arka Kinari kemudian disuguhi tarian "Cakalele" yang merupakan tarian penyambutan, sekaligus bentuk penerimaan warga Banda Naira kepada mereka sebagai bagian keluarga dan kemudian mereka diajak untuk menari bersama. Nova Ruth di hadapan ratusan warga dan tokoh adat menyatakan sangat berbahagia dan bangga dengan penyambutan serta penerimaan masyarakat terhadap kehadiran mereka di Pulau Banda yang dikenal di dunia internasional akan pariwisata bahari, budaya serta peninggalan sejarah abah ke-16.

"Kami sangat bangga dan senang dapat tiba di Banda yang merupakan titik nol jalur rempah dunia. Dari Banda dunia mengenal Indonesia," ujarnya.

Nova yang juga seorang musisi dan kelahiran Malang, Jawa Timur, mengaku mereka memulai perjalanan dari Rotterdam Belanda lebih dari setahun, tepatnya 23 Agustus 2019, dengan melewati puluhan negara di Benua Amerika, Eropa dan Asia, hingga tiba di Indonesia.

"Kehadiran kami di Indonesia selain dengan misi membagi ilmu tentang lingkungan, seni dan budaya kepada generasi muda, juga untuk mendukung program jalur rempah pemerintah Indonesia untuk mendapatkan pengakuan Unesco sebagai warisan dunia," katanya.Dia berharap melalui penelusuran jalur rempah dirinya bersama kru kapal layar itu dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya jalur rempah dalam pertukaran pengetahuan dan seni dan budaya serta perubahan iklim.

Kapal Arka Kinari telah tiba di Pulau Banda pada 15 September 2020, di mana mereka telah melakukan serangkaian kegiatan diantaranya acara adat "Buka Puang Negeri Adat Kampong Fiat, berkunjung ke Pulau Banda Besar untuk melihat perkebunan pala tertua di dunia dan pohon pala berusia lebih dari 200 tahun.

Selain itu, menggelar workshop Arka Kinari "tali-temali", membaca arah angin bagi kaum perempuan, menjaring gagasan lintas komunitas tentang menjaga pala Banda dan eksplorasi kemampuan anak pulau untuk anak-anak dan remaja, serta pertunjukan seni musik kontemporer bersama komunitas seni Banda.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement