Selasa 22 Sep 2020 23:10 WIB

Tren Tunda Masuk PAUD Selama Pandemi, Ini Kata Kemendikbud

Kemendikbud harap daerah gotong royong sadarkan masyarakat soal PAUD.

Anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mengikuti proses belajar ruang terbuka (Ilustrasi).
Foto: ANTARA/Adwit B Pramono
Anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mengikuti proses belajar ruang terbuka (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berharap pemerintah daerah bergotong royong menyadarkan masyarakat akan pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bagi pertumbuhan anak. Sebab selama masa pandemi Covid-19, terdapat tren orang tua yang menunda anaknya masuk ke jenjang PAUD.

"Kami berharap pemerintah daerah dan segenap pemangku kepentingan bergotong royong dan memberikan kesadaran pada masyarakat agar tetap mendaftarkan anaknya untuk masuk PAUD," ujar Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbud, Jumeri, STP, MSi dalam webinar Penyaluran BOP PAUD dan Kesetaraan Tahap II di Jakarta, Selasa (22/9).

Baca Juga

Menurut penelitian, usia anak masuk PAUD, sekitar 3-4 tahun, merupakan saat-saat yang terpenting dalam hidup anak. Berdasarkan hasil penelitian, pertumbuhan pesat pada anak terjadi pada usia dini hingga berumur tujuh tahun. 

Sekitar 80 persen pertumbuhannya terjadi pada masa itu. Pemerintah dalam hal ini Kemendikbud, memberikan perhatian pada perkembangan anak pada usia dini dengan mengalokasikan dana Biaya Operasional Penyelenggaraan (BOP) PAUD.

Begitu juga pendidikan nonformal. Jumeri memperkirakan pandemi Covid-19 telah membuat banyak peserta didik yang menempuh pendidikan nonformal, baik itu paket A, B, maupun C.

Banyak penyebab anak tidak dapat mengenyam pendidikan formal, mulai dari akses dari rumah ke sekolah yang jauh, keterbatasan kemampuan ekonomi sehingga anak membantu orang tuanya pada masa pandemi dan lainnya. "Pada masa pandemi Covid-19 ini, banyak anak dari keluarga yang tidak mampu yang bekerja pada jam belajar, anak yang melakukan langkah seperti ini, bisa jadi terbiasa menerima uang dan tidak mau kembali ke sekolah. Ini yang perlu diwaspadai. Artinya kemungkinan anak-anak yang menempuh pendidikan kesetaraan semakin besar," terang dia.

Dengan BOP PAUD dan Kesetaraan tersebut, Jumeri berharap anak dapat mengakses layanan pendidikan. Bantuan itu dapat digunakan untuk operasional pelayanan maupun operasional satuan pendidikan itu.

Jumeri menjelaskan BOP PAUD 2020 sebesar Rp 4,014 triliun yang disediakan bagi 6.691.207 juta siswa PAUD melalui dua tahap penyaluran. Sementara untuk BOP Kesetaraan 2020 sebesar Rp1,9 triliun untuk 719.547 peserta didik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement