Rabu 23 Sep 2020 09:20 WIB

Pakistan: Sengketa Kashmi dan Palestina Wujud Kegagalan PBB

Orang Kashmir yang diduduki India masih menunggu komitmen PBB.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Pakistan: Sengketa Kashmi dan Palestina Wujud Kegagalan PBB. Foto: Sebuah keluarga petani Kashmir minum teh saat mereka memanen padi di pinggiran Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Minggu, 20 September 2020. Di tengah keributan di Parlemen, anggota parlemen India pada hari Minggu menyetujui sepasang undang-undang pertanian kontroversial yang menurut pemerintah akan berlaku. meningkatkan pertumbuhan di sektor pertanian melalui investasi swasta.
Foto: AP/Dar Yasin
Pakistan: Sengketa Kashmi dan Palestina Wujud Kegagalan PBB. Foto: Sebuah keluarga petani Kashmir minum teh saat mereka memanen padi di pinggiran Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Minggu, 20 September 2020. Di tengah keributan di Parlemen, anggota parlemen India pada hari Minggu menyetujui sepasang undang-undang pertanian kontroversial yang menurut pemerintah akan berlaku. meningkatkan pertumbuhan di sektor pertanian melalui investasi swasta.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi menyebut persoalan sengketa Kashmir dan Palestina merupakan wujud kegagalan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang paling mencolok dan terlama. Hal ini disampaikannya dalam pidato virtual dalam memperingati 75 tahun PBB di New York.

Dia mengatakan, orang-orang di Kashmir yang diduduki India masih menunggu pemenuhan komitmen PBB yang dibuat untuk mereka. Komitmen ini terkait pemberian hak yang telah lama mereka dambakan untuk menentukan nasib sendiri.

Baca Juga

"Kita rakyat PBB harus bangkit untuk memenuhi tantangan global yang dihadapi, baik bersejarah maupun saat ini," katanya dilansir di Pakistan Observer, Rabu (23/9).

Qureshi juga memperingatkan bahwa rasisme dan fasisme sedang dalam proses perubahan bentuk menjadi xenofobia dan Islamofobia. Karena itu, dia menyampaikan, semua harus bersatu untuk mencegah firasat berubah menjadi nubuwat yang terwujud dengan sendirinya. "Dalam upaya mulia ini, PBB akan selalu menemukan Pakistan di sisinya," tambahnya.

Pada peringatan 75 tahun PBB, Pakistan menegaskan kembali komitmennya untuk menjunjung semangat multilateralisme. Merujuk peran PBB, Qureshi mengatakan badan global tersebut perlu membahas kebutuhan bersejarah untuk menyelamatkan generasi penerus dari momok peperangan.

Hal itu untuk menegaskan kembali hak-hak yang setara dan fundamental bagi pria dan wanita serta negara-negara besar dan kecil. Termasuk juga untuk mempromosikan kehidupan yang lebih baik dalam kebebasan yang lebih besar.

Qureshi mengatakan, dunia diganggu ketidaksetaraan yang meningkat, kemiskinan, kelaparan, konflik bersenjata, terorisme, ketidakamanan, perubahan iklim dan pandemi. Negara-negara termiskin, terbelakang tertinggal, dan dekolonisasi belum selesai. Orang-orang terpaksa melakukan perjalanan berbahaya untuk mencari perlindungan.

Menurut Qureshi, resolusi dan keputusan PBB banyak yang telah dilanggar. Kerja sama internasional terutama di Dewan Keamanan berada pada titik terendah. "Kekuatan terancam dengan ditinggalkan, perjanjian penting (yang dirancang untuk mempromosikan pengembangan dan melindungi lingkungan dunia yang rapuh) dibuang," ujarnya.

Meski begitu, Qureshi dalam pidatonya memuji PBB sebagai satu-satunya organisasi global dengan kekuatan untuk menyatukan negara dan memberikan harapan bagi begitu banyak orang untuk dunia yang lebih baik dan memberikan masa depan yang diinginkan.

"Sementara kami telah melihat kerja sama internasional yang sangat besar untuk memerangi Covid-19, yang itu telah gagal untuk menyatukan umat manusia seperti yang seharusnya," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement