Rabu 23 Sep 2020 17:42 WIB

Bantul Berdayakan UKM Produksi Masker Batik

Saat ini, sudah 50 ribu masker batik yang selesai didistribusikan ke masyarakat.

Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memberdayakan ratusan pelaku UKM daerah ini untuk memproduksi puluhan ribu masker batik.
Foto: ANTARA/Oky Lukmansyah
Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memberdayakan ratusan pelaku UKM daerah ini untuk memproduksi puluhan ribu masker batik.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memberdayakan ratusan pelaku UKM daerah ini untuk memproduksi puluhan ribu masker batik. Produksi masker ini guna memenuhi kebutuhan alat pelindung diri dari virus Covid-19.

"Jadi ini program perisai Pemda Bantul dan program perisai pemberdayaan, jadi kami memberdayakan sebanyak 200 UKM di Bantul untuk memproduksi masker batik," kata Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Bantul Agus Sulistiyana usai penyerahan masker di Bantul, Rabu (23/9).

Baca Juga

Menurut dia, rencana akan ada sekitar 100 ribu buah masker batik yang diproduksi para pelaku UKM Bantul dengan pendampingan instansinya. Saat ini yang baru diserahkan ke pemda untuk dibagikan ke para pegawai dan masyarakat sekitar 50 ribu masker.

"Yang 50 ribu kami serahkan Jumat nanti, untuk proses pembuatan mulai 11 September kemarin sampai nanti insya Allah pada Jumat sudah selesai," katanya.

Menurut dia, UKM yang diberdayakan dalam pembuatan masker itu ada yang berprofesi sebagai penjahit, tetapi ada juga yang bukan penjahit. Namun, mereka adalah pelaku usaha pembuat kerajinan kulit di sentra Manding Bantul berjumlah 10 orang.

"Jadi selama ini kerajinan kulit produktivitas menurun karena permintaan menurun, sehingga kemudian dia diversifikasi ikut usaha menjahit masker, selain itu kami menggerakkan IKM-IKM (industri kecil menengah) atau perajin batik," katanya.

Dia mengatakan, hal itu karena bahan baku pembuatan masker dari perajin batik, sehingga ada sekitar 50 perajin batik yang terlibat, sementara penjahit sebanyak 200 orang. Total anggaran yang diperlukan pemda untuk program ini sebesar Rp 600 juta.

"Harapan kami ketika perajin itu membeli batiknya akan mempekerjakan pembatiknya, sehingga di sini terjadi gerakan perekonomian atau menghidupkan kegiatan padat karya bagi masyarakat yang selama ini menganggur, jadi ini padat karya," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement