Senin 28 Sep 2020 09:18 WIB

Inggris Bersiap Terapkan Karantina Wilayah di Utara Britania

Inggris kembali terapkan karantina wilayah demi menahan gelombang dua virus corona

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Suasana kawasan Soho yang sepi sebelum batas waktu penutupan pukul 10 malam di Soho, London, Inggris, Kamis (24/9). Pemerintah Inggris telah mengumumkan bahwa pub, bar, dan restoran harus tutup pukul 10 malam mulai Kamis (24/9). Pembatasan jam operasional itu diberlakukan untuk membantu mengurangi lonjakan kasus virus Corona di Inggris. EPA-EFE / ANDY RAINGaleri Foto
Foto: EPA-EFE/ANDRE PAIN
Suasana kawasan Soho yang sepi sebelum batas waktu penutupan pukul 10 malam di Soho, London, Inggris, Kamis (24/9). Pemerintah Inggris telah mengumumkan bahwa pub, bar, dan restoran harus tutup pukul 10 malam mulai Kamis (24/9). Pembatasan jam operasional itu diberlakukan untuk membantu mengurangi lonjakan kasus virus Corona di Inggris. EPA-EFE / ANDY RAINGaleri Foto

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris berencana untuk menegakkan karantina wilayah di sebagian besar utara Britania dan London. Ini merupakan salah satu langkah pemerintah untuk menahan gelombang kedua wabah virus corona.

Pada Ahad (28/9) surat kabar Inggris the Times melaporkan karantina wilayah terbaru ini menutup semua pub, restoran, dan bar selama dua pekan. Awal pekan ini Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan karantina wilayah yang baru akan mengancam pekerjaan, kesejahteraan, dan kontak antarmanusia.

Baca Juga

Dalam laporannya, the Times juga menyebutkan di peraturan terbaru rumah tangga juga dilarang saling melakukan kontak di dalam ruangan. Belum diketahui sampai kapan peraturan ini berlaku. Pekan lalu Inggris juga menerapkan peraturan yang mewajibkan pegawai yang dapat bekerja dari rumah untuk bekerja di rumah.

Mereka juga memerintahkan restoran dan bar ditutup lebih awal. Usaha untuk menahan cepatnya laju penyebaran virus corona mungkin akan berlangsung selama enam bulan.

Mengutip sumber pemerintah yang tidak disebutkan namanya, the Times menambahkan sekolah dan toko-toko masih diizinkan dibuka. Pabrik dan kantor yang pegawainya tidak bisa bekerja di rumah juga masih boleh beroperasi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement