Senin 28 Sep 2020 11:25 WIB

AS Coba Kuasai Pertahanan Dunia Lewat Proyek F-35

Joint Strike Fighter (JSF) F-35 dinilai akan menjadi salah satu pilar perang modern

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Sebuah jet F-35 milik Israel akan lepas landas. Joint Strike Fighter (JSF) F-35 dinilai akan menjadi salah satu pilar perang modern.
Foto: Abir Sultan/EPA
Sebuah jet F-35 milik Israel akan lepas landas. Joint Strike Fighter (JSF) F-35 dinilai akan menjadi salah satu pilar perang modern.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) membangun komunitas global seputar pesawat tempur serang F-35. Nilai komunitas militer ini tak terbantahkan. Di situs National Interest, Ahad (27/9), pakar pertahanan Dan Gouré menulis Program Joint Strike Fighter (JSF) F-35 akan menjadi salah satu pilar perang modern.

F-35 yang memiliki teknologi canggih menjadi salah satu faktor yang mendorong perubahan geopolitik dunia beberapa pekan terakhir. Antara lain bersedianya Uni Emirat Arab dan Bahrain mengumumkan normalisasi hubungan dengan Israel.  

Baca Juga

Hal ini memperlihatkan penjualan F-35 memperkuat diplomasi. Selain itu pengalaman juga telah menunjukan mengoperasikan teknologi yang sama dan berlatih bersama akan mendekatkan militer.

Gouré menambahkan sejak awal program F-35 memang dirancang untuk internasional. Mitra-mitra AS seperti Australia, Kanada, Denmark, Italia, Belanda Norwegia, Turki, dan Inggris menginvestasikan dana mereka sendiri ke program pengembangan dan penelitian yang menjanjikan kerja sama di masa depan.

Setiap negara diizinkan memasukkan rancangan pesawat mereka sendiri. Sejumlah negara memberikan teknologi yang unik. Turki yang kini sudah dilarang terlibat dalam program tersebut karena membeli sistem pertahanan dari Rusia sempat memproduksi suku cadang pesawat.

Israel, Jepang, Korea Selatan, Belgia, Polandia, dan Singapura memiliki F-35 melalui pembelian. UEA tampaknya juga akan mendapatkan pesawat canggih ini dengan jalur tersebut. Ada kabar AS dan India sudah membahas kemungkinan negara Asia bergabung dalam program JSF.  

"Nilai militer F-35 dalam operasi udara sudah tidak perlu ditanyakan," tulis Gouré.

Wakil presiden lembaga think-tank Lexington Institute itu mengatakan generasi kelima pesawat tempur F-22 dan F-35 menguasai pertempuran udara. Kill ratios atau kemenangan pertempuran F-35s dalam latihan baru-baru ini mencapai 15 banding 1.

Kill ratios atau dalam bahasa formal disebut loss exchange ratio menggambarkan prestasi dalam perang terbuka. Kill ratio 15-1 artinya untuk setiap 15 pesawat yang ditembak jatuh F-35 hanya 1 pesawat F-35 yang berhasil ditembak jatuh oleh musuh.

Sebagai pesawat tempur, F-35 dapat ditugaskan untuk misi pengintaian, manuver, perang elektronik, dan perang teknologi cerdas. Pesawat ini juga dapat diandalkan dalam penetrasi ke wilayah musuh, menghancurkan sistem pertahanan udara, serta menyerang sasaran jarak jauh dan bergerak.

AS akan mendapatkan manfaat yang sangat besar apabila berhasil membangun komunitas internasional seputar F-35. Kondisi ini akan tercapai saat sudah 12 negara yang telah memesan pesawat tersebut entah melalui konsorsium atau pembelian militer.

Ada satu negara pembeli yang sudah mengoperasikan F-35 yaitu Israel. Gouré mengatakan meningkatkan interoperabilitas dalam operasi bersama sangat penting dalam perang koalisi.

Sebagai tambahannya, tulis Gouré, menciptakan jaringan pangkalan, bengkel dan depot, serta rantai pasokan suku cadang F-35 global akan menguntungkan AS dan koalisinya. Sebab mereka akan mendapatkan bantuan atau kekuatan yang mereka butuhkan lebih cepat.  

Teknologi JSF juga dapat dikustomisasi atau diubah sesuai kebutuhan. Perangkat lunak pesawat tempur itu diperbaharui secara berkala sehingga kemampuannya pun terus meningkat.

Kemampuan negara dalam mengubah teknologi JSF sesuai kebutuhan mereka sama sehingga AS dapat menjaga keseimbangan kekuatan negara yang menerbangkan pesawat tersebut. Besaran akses untuk mengendalikan perangkat lunak dan sistem elektronik tertentu dapat bervariasi.

Begitu pula dengan kualitas informasi yang dapat diambil dan diproses dari pesawat serta jenis yang bisa beroperasikan. Dalam perjanjian pembelian F-35, Israel diizinkan mengintegrasikan sistem elektronik dan senjata mereka sendiri ke JSF.

"Ada laporan Washington sedang berusaha mengidentifikasi perubahan dalam perangkat lunak dan sistem F-35 agar pesawat tersebut dapat dijual ke UEA tapi memastikan Israel masih memiliki keunggulan kualitatifnya," tulis Gouré.

Gouré menulis penjualan F-35 ke sekutu dan teman dekat berdampak besar pada penerimanya. Sekitar 500 pesawat yang sudah dikirimkan. Dalam beberapa tahun ke depan ada sekitar 476 pesawat lagi yang akan diproduksi.

"Pembeli asing sudah berkomitmen terhadap sekitar 800 pesawat atau sekitar 25 persen dari total jumlah pesawat yang diperkirakan akan diproduksi. Proyeksi potensi penjualan JSF ke negara asing mencapai 1.700 pesawat," tambah Gouré.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement