Rabu 30 Sep 2020 11:11 WIB

Jumlah Uang Beredar Naik 13,3 Persen pada Agustus 2020

Jumlah uang beredar pada Agustus 2020 mencapai Rp 6.726,1 triliun.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Petugas memasukan uang pecahan rupiah ke dalam mobil untuk didistribusikan. ilustrasi
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Petugas memasukan uang pecahan rupiah ke dalam mobil untuk didistribusikan. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) merilis keterangan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat pada Agustus 2020 disebabkan oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang kuasi. Posisi M2 pada Agustus 2020 tercatat Rp 6.726,1 triliun atau meningkat 13,3 persen (yoy).

Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko menyampaikan nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 10,5 persen (yoy). Peningkatan tersebut disebabkan pertumbuhan M1 sebesar 19,3 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Juli 2020 sebesar 13,1 persen (yoy).

Baca Juga

"Ini didorong oleh naiknya simpanan giro Rupiah," katanya dalam keterangan pers, Rabu (30/9).

Selain itu, pertumbuhan uang kuasi meningkat, dari 9,7 persen (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 11,5 persen (yoy) pada Agustus 2020. Namun, surat berharga selain saham mengalami kontraksi sebesar 18,7 persen (yoy) pada Agustus 2020, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 4,9 persen (yoy).

Berdasarkan faktor yang memengaruhi, peningkatan M2 pada Agustus 2020 disebabkan oleh kenaikan ekspansi keuangan pemerintah. Hal itu tercermin dari pertumbuhan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat yang meningkat, dari 40,8 persen (yoy) pada Juli 2020 menjadi 65,1 persen (yoy) pada Agustus 2020.

Selain itu, aktiva luar negeri bersih meningkat sebesar 13,8 persen (yoy) pada Agustus 2020, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada Juli 2020 sebesar 17,6 persen (yoy). Sementara itu, pertumbuhan kredit pada Agustus 2020 kembali melambat, dari 1,0 persen (yoy) pada Juli 2020 menjadi 0,6 persen (yoy) pada bulan laporan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement