Kamis 01 Oct 2020 22:07 WIB

Sebab Hancurnya Islam di Baghdad, Spanyol, Hingga Yerusalem

Terdapat dua sebab hancurnya Islam di Baghdad, Spanyol, Hingga Yerusalem.

Terdapat 2 sebab hancurnya Islam di Baghdad, Spanyol, Hingga Yerusalem.  Jejak Islam di Cordoba, Spanyol
Foto: Lonelyplanet.com
Terdapat 2 sebab hancurnya Islam di Baghdad, Spanyol, Hingga Yerusalem. Jejak Islam di Cordoba, Spanyol

REPUBLIKA.CO.ID, Nabi Muhammad SAW menunjukkan sebuah rumus kehancuran peradaban dalam satu sabda beliau berikut ini: 

عن ثوبان رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:  يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ‏"‏ ‏.‏ فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ ‏"‏ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ‏"‏ ‏.‏ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ ‏"‏ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ ‏"

Baca Juga

Hampir tiba suatu masa di mana berbagai bangsa atau kelompok mengeroyok kamu bagaikan orang-orang yang kelaparan mengerumuni hidangan mereka. Seorang sahabat bertanya: Apakah karena jumlah kami yang sedikit pada hari itu? Nabi SAW menjawab: (Tidak) Bahkan, jumlah kamu pada hari itu sangat banyak (mayoritas), tetapi (kualitas) kamu adalah buih, laksana buih di waktu banjir. Allah mencabut rasa gentar terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu dan Allah akan menanam kan penyakit al-wahnu. Seorang bertanya, Apakah al-wahnu itu, Ya Rasulullah? Rasulullah menjawab, Cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Dawud).

Umat Islam digambarkan Rasulullah SAW, ketika itu jumlahnya banyak. Tapi, banyaknya tidak berarti, laksana buih. Sumber kehinaan itu terletak pada sikap hubbu dunya, penyakit tamak terhadap dunia. Kebangkitan dan kehinaan suatu umat atau bangsa adalah merupakan sunatullah. 

Jika umat Islam tidak kembali kepada Islam, terjangkit pe nyakit hubbu dunya, selamanya umat ini akan terus terhinakan. Pada saatnya nanti, Allah akan memusnahkan umat seperti itu dan menggantikannya dengan umat atau generesi yang lain. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ۚ

“Wahai orang-orang yang beriman, barang siapa yang murtad dari agama Allah, kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, yang Allah mencintai mereka dan mereka pun men cintai Allah. Mereka berkasih sayang kepada orang-orang Mukmin dan tidak menghinakan diri kepada orang-orang kafir. Mereka berjihad di jalan Allah dan mereka tidak takut pada celaan orang-orang yang suka mencela.” (QS al-Maidah: 54).

Manusia-manusia yang tamak dunia tidak memiliki sikap cinta Allah dan Rasul-Nya. Apalagi mau berjihad di jalan Allah! Mereka hanya mementingkan syahwat dunia, mengejar dunia demi keuntungan dan kesenangan dirinya. Tamak dunia menjauhkan manusia dari sikap cinta pengorbanan yang menjadi salah satu asas kebangkitan sebuah bangsa atau peradaban.

Syekh Amir Syakib Arsalan dalam buku terkenalnya, Limaadzaa Taakkharal Muslimun wa-limaadzaa Taqaddama Ghairuhum, menyebutkan, bagaimana besarnya sikap berkorban dari kaum Yahudi dan bangsa-bangsa Barat sehingga mereka mampu mengalahkan kaum Muslim di berbagai belahan dunia.

Pemuda-pemuda Italia dulu, tulis Syaikh Arsalan, merasa malu jika sampai umur 20 tahun masih ada di kampungnya. Mereka meminta izin untuk pergi berperang melawan umat Islam. Bangsa Yahudi mampu menghimpun dana yang sangat besar dan ribuan milisi berani mati demi merebut tanah Palestina.

Tengoklah sejarah! Mengapa kaum Muslim hancur di Andalusia setelah hampir 800 tahun (711-1492) memimpin negeri ini? Mengapa Kota Yerusalem bisa diduduki pasukan Salib (1099) yang jauh lebih rendah tingkat peradabannya? Mengapa bangsa Mongol yang sangat biadab dan barbar bisa menaklukkan Baghdad pada 1215? Bisa disimpulkan, tamak dunia adalah sumber utama kehancuran peradaban Islam saat itu.

Dr Majid Irsan al-Kilani dalam bukunya, Hakadza Dhahara Jiilu Shalahuddin wa-Hakadza Aadat al-Quds, dengan tepat menggambarkan kondisi moralitas penguasa, ulama, dan masyarakat di saat-saat kejatuhan Kota Suci Yerusalem di tangan pasukan Salib. Penyakit tamak dunia merajalela tidak hanya di kalangan penguasa, tetapi juga di kalangan ulama. Umat Islam mengabaikan aktivitas amar makruf nahi mungkar.

Mereka membiarkan kemungkaran merajalela karena sibuk memikirkan kejayaan dan keuntungan pribadi dan kelompoknya. Satu lagi, penyakit kronis ketika itu: umat Islam terjebak dalam perpecahan antarmazhab yang sangat parah. Mereka tidak peduli dengan Islam dan hanya sibuk memikirkan kejayaan kelompoknya dengan mencaci-maki kelompok lainnya.

Tokoh Islam, Mohammad Natsir, jauh-jauh sebelumnya pernah mengingatkan bahaya tamak dunia yang sedang mengancam negara Indonesia. Pada 17 Agustus 1951, hanya enam tahun setelah kemerdekaan RI, Mohammad Natsir menulis sebuah artikel berjudul Jangan Berhenti Tangan Mendayung, Nanti Arus Membawa Hanyut. Melalui artikelnya ini, Natsir menggambarkan hilangnya budaya cinta pengorbanan pada manusia Indonesia pascakemerdekaan. Dahulu, mereka girang gembira sekalipun hartanya habis, rumahnya terbakar, dan anaknya tewas di medan pertempuran. 

Kini, mereka muram dan kecewa sekalipun telah hidup dalam satu negara merdeka yang mereka inginkan dan cita-citakan sejak berpuluh dan beratus ta hun yang lampau. Semua orang menghitung pengorbanannya dan minta dihargai. Sengaja ditonjol-tonjolkan ke muka apa yang telah dikorbankannya itu dan menuntut supaya di hargai oleh masyarakat. Dahulu, mereka berikan pengorbanan untuk masyarakat dan sekarang dari masyarakat itu pula mereka mengharapkan pembalasannya yang setimpal. Sekarang timbul penyakit bakhil. Bakhil keringat, bakhil waktu, dan merajalela sifat serakah. Orang bekerja tidak sepenuh hati lagi. Orang sudah keberatan memberi kan keringatnya sekalipun untuk tugasnya sendiri.

Pada 1980-an, Natsir juga pernah berpesan kepada para sejumlah cendekiawan Muslim yang mewawancarainya: Salah satu penyakit bangsa Indonesia, termasuk umat Islamnya, adalah berlebih-lebihan dalam mencintai dunia. 

Di negara kita, penyakit cinta dunia yang berlebihan itu merupakan gejala yang baru, tidak kita jumpai pada masa Revolusi dan bahkan pada masa Orde Lama (kecuali pada sebagian kecil elite masyarakat). Tetapi, gejala yang baru itu akhir-akhir ini terasa amat pesat perkembangannya sehingga sudah menjadi wabah dalam masyarakat.

Jika gejala ini dibiarkan berkembang terus, bukan saja umat Islam akan dapat mengalami kejadian yang menimpa Islam di Spanyol, tetapi juga bagi bangsa kita pada umumnya akan menghadapi persoalan sosial yang cukup serius.

Nabi Muhammad SAW sudah mengingatkan bahaya tamak dunia. Sejarah sudah membuktikan. Kini, kita bisa menilai apakah bangsa Indonesia bangsa Muslim terbesar di dunia ini sedang menuju proses kebangkitan atau sedang menggali kuburnya sendiri? Wallahu a'lam bish shawab.

 

*Naskah ini merupakan bagian dari artikel Dr Adian Husaini yang tayang di Harian Republika, Tamak Dunia: Sumber Kehancuran, 2011. 

 

 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement