Rabu 07 Oct 2020 23:50 WIB

LIPI: Diversifikasi Produksi-Konsumsi Jaga Ketahanan Pangan

Diversifikasi produksi pangan lokal dinilai perlu dilakukan.

Ubi jalar.
Foto: Flickr
Ubi jalar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendorong diversifikasi produksi dan konsumsi pangan untuk menjaga ketahanan pangan nasional di masa pandemi Covid-19.

"Penguatan pangan lokal melalui diversifikasi produksi dan konsumsi akan menjaga ketahanan pangan nasional dari goncangan pasokan pangan dunia," kata peneliti dari Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Purwanto dalam seminar virtual Jamur Pangan sebagai Sumber Protein Nabati di Masa Pandemi Covid-19, Jakarta, Rabu (7/10).

Dari hasil survei dalam jaringan yang dilakukan Pusat Penelitian Ekonomi LIPI pada 15 September- 5 Oktober 2020 tentang kondisi ketahanan responden rumah tangga di masa pandemi Covid-19, gandum dan produk olahannya masih menjadi pilihan sebagian sebar responden, yang mungkin saja dipengaruhi oleh cita rasa dan ketersediaannya serta kemudahan dalam pengolahan bahan dari gandum tersebut.

Peningkatan diversifikasi pangan lokal juga didorong melalui penyebaran informasi produk-produk pangan yang sehat dan bergizi.

Dari survei itu, responden memilih tiga jenis pangan alternatif nonberas utama, yakni gandum dan produk olahannya, umbi-umbian dan jagung.

Untuk itu, perlu dilakukan diversifikasi produksi pangan lokal untuk memberikan pilihan lebih banyak bagi masyarakat dalam hal konsumsi, sehingga berbagai sumber pangan bernutrisi lainnya yang dihasilkan dalam negeri seperti jamur dan jagung dapat menjadi pilihan utama masyarakat.

Apalagi, di masa pandemi Covid-19, rumah tangga menjadi lebih sering dalam mengolah makanan sendiri dari bahan pangan mentah maupun setelah jadi.

"Diharapkan dengan diversifikasi produksi dan konsumsi akan menjaga ketahanan pangan kita," tutur Purwanto.

Terganggunya rantai pasok pangan akan mengancam ketahanan pangan. Untuk itu, pemerintah harus memastikan ketersediaan, kemudahan akses dan distribusi pangan.

Purwanto menuturkan semakin banyaknya rumah tangga yang melakukan aktivitas pengolahan makanan di rumah dapat menjadi awal bagi gerakan pemanfaatan pekarangan atau halaman rumah sebagai media tanam mini beberapa jenis tanaman usia pendek, seperti sayur-sayuran, cabe dan tomat.

Program bantuan pangan dalam berbagai bentuk dan sasaran kelompok masyarakat harus tetap dijalankan selama kondisi perekonomian belum mencapai kondisi yang lebih baik dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan membuka peluang bagi peningkatan pendapatan masyarakat.

Pandemi Covid-19 menyebabkan resesi ekonomi, kehilangan pekerjaan dan penurunan pendapatan masyarakat.

Purwanto mengatakan tantangan ketahanan pangan di masa pandemi Covid-19, yakni perlunya menjaga kapasitas produksi pertanian; mengatasi hambatan distribusi pangan di dalam dan antarwilayah, baik terkait waktu, jumlah, harga dan kualitas pangan.

Selain itu, menjaga stabilitas harga pangan pokok, migrasi transaksi perdagangan dari sistem luar jaringan (offline) ke sistem dalam jaringan (online), seperti platform pembayaran dan perdagangan digital, menjaga volume perdagangan internasional terkait impor dan ekspor komoditas pangan, serta memperbaiki pola konsumsi masyarakat dari "asal perut kenyang" menjadi pola pangan dengan gizi seimbang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement