Kamis 08 Oct 2020 13:04 WIB

Pandemi Pengaruhi Peringkat Kekuatan Paspor

Banyak negara yang dulu memiliki paspor kuat kini berada di antara yang terendah

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Esthi Maharani
(Foto: ilustrasi paspor)
Foto: Wikimedia
(Foto: ilustrasi paspor)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Lembaga Passport Index mengeluarkan ranking kekuatan paspor 193 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ranking dibuat berdasarkan pada berapa banyak negara yang diberikan akses bebas visa atau mengizinkan pengunjung untuk mendapatkan visa pada saat kedatangan.

Menurut indeks peringkat paspor baru ini, delapan dari sepuluh paspor terlemah di dunia ternyata dimiliki negara-negara Muslim. Irak berada di urutan terbawah. Selain itu, negara di ranking bawah adalah Afghanistan, Suriah, Somalia, Yaman, Iran, Palestina dan Pakistan. UEA memiliki paspor Muslim peringkat teratas, dengan berada di tempat ke-44.

Namun, dalam laporan tersebut diketahui menyebarnya pandemi Covid-19 di seluruh dunia berdampak buruk pada perjalanan pelancong seluruh dunia.

“Terlepas dari tingginya kekuatan paspor sepanjang tahun lalu, Passport Index telah memperbarui peringkat paspor secara real time, menunjukkan efek sebenarnya dari pandemi pada peringkat paspor,” kata lembaga tersebut dalam webnya seperti dilansir di 5 Pillars UK, Kamis (8/10)

Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan adalah larangan perjalanan sementara dan pembatasan visa. Lembaga ini juga menyebut banyak negara yang dulunya memiliki paspor yang kuat, kini berada di antara yang terendah di dunia.

Dengan menggunakan pendekatan lain, Passport Index juga menunjukkan pengaruh yang jelas dari pandemi dengan Skor Keterbukaan Dunia (WOS), tolok ukur perjalanan terbuka antar negara.

“Sejak didirikan pada 2015, WOS terus meningkat pada tingkat rata-rata 6 persen per tahun, mencapai keterbukaan dunia sepanjang masa sebesar 54 persen pada Desember 2019," lanjutnya.

Setelah pandemi melanda, meskipun perjanjian visa aktif tidak diubah, larangan masuk sementara dan penutupan perbatasan mengakibatkan penurunan WOS yang mengejutkan. Lembaga mencatat, penurunan mencapai 65 persen dalam beberapa pekan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement