Kamis 08 Oct 2020 14:39 WIB

Pemuda Saudi Bantu Lestarikan Istana Batu Kuno di Jazan

Kastil-kastil itu dinilai telah berusia 4.000 tahun dan terkenal karena kekuatannya

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Esthi Maharani
Restorasi dan pelestarian kastil batu bersejarah di wilayah Jazan
Foto: Arab News
Restorasi dan pelestarian kastil batu bersejarah di wilayah Jazan

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Rombongan pemuda Saudi dari provinsi Al-Dayer, selatan Kerajaan, melakukan pekerjaan restorasi dan pelestarian kastil batu bersejarah di wilayah Jazan ini. Usaha ini dilakukan untuk membantu melindungi kastil dari kerusakan yang disebabkan hujan lebat dan banjir.

Di bawah bimbingan tenaga ahli di bidangnya, mereka memulai dengan memperbaiki kanal yang rusak. “Al-Dayer adalah provinsi pegunungan di Jazan yang merupakan rumah bagi sejumlah besar istana batu dan kastil. Beberapa orang melihatnya sebagai konsentrasi arkeologi kastil bersejarah terbesar di dunia,” kata penasihat tim restorasi, Yehya Sharif Al-Maliki, dilansir di Arab News, Kamis (8/10)

Sharif Al-Maliki juga menyebut, hampir setiap bagian wilayah ini memiliki benteng dan kastil. Daerah Al-Yehya sendiri adalah rumah bagi banyak orang, bersama dengan lima desa kecil.

"Setelah memperhatikan pengaruh faktor iklim dan praktik tangan manusia, tim memagari situs dan mulai memulihkan kastil, sejalan dengan konsultasi teknis untuk melestarikan nilai historisnya yang sangat tua," katanya.

Kastil-kastil itu dinilai telah berusia 4.000 tahun dan terkenal karena kekuatan serta daya tahannya yang luar biasa. Pada tahun 1940 misalnya, gempa bumi berkekuatan 6,7 skala richter melanda kawasan tersebut namun kastil-kastilnya tidak mengalami kerusakan sama sekali.

Dia mengatakan, tim restorasi yang bekerja terdiri dari insinyur, penggemar arsitektur, dan lainnya. Mereka termotivasi untuk melakukan restorasi karena sejumlah besar turis Saudi dan asing tertarik akan keindahan arsitektur dan artistik kastil setiap tahunnya.

"Kastil bersejarah Al-Dayer menampilkan prasasti dan ukiran kuno, yang mencerminkan budaya religius dari peradaban Himyarite dan Sabaean. Linarite, sejenis batu yang dikenal paling kuat, digunakan untuk membangun kastil ini, sehingga prasasti ini dilestarikan selama ribuan tahun," lanjutnya.

Ketua tim restorasi, Jaber Ali Al-Maliki, mengatakan beberapa desa di wilayah itu pernah mengalami bencana alam. Hal ini pula yang memotivasi dan memunculkan inisiatif tim untuk melindungi kastil dari pengaruh angin kencang dan curah hujan yang deras.

“Tim telah memperbaiki kanal dan memagari lokasi, terutama kastil yang berada di lingkungan pemukiman dan memperbesar kemungkinan runtuh,” katanya.

Penduduk lokal yang tertarik untuk melestarikan warisan dan budaya telah bergabung dalam upaya pelestarian. Ia juga menyebut rencana aksi telah dikembangkan untuk mempelajari prioritas restorasi.

“Kastil-kastil ini mencerminkan kemajuan arsitektural dari peradaban-peradaban berikutnya. Dibangun dengan bebatuan yang indah, beberapa kastil ini lebih tinggi dari empat lantai, dengan pintu kayu dan pola geometris," kata Jaber Ali Al-Maliki.

Al-Yehya berada di lereng pegunungan Al-Areef. Bangunan ini dikelilingi hutan perawan di timur dan lembah yang kaya air, lembah buatan di barat. Kastil ini dibuat sejak lama dengan arsitektur mewah yang menampilkan kekayaan sejarah daerah dan rakyatnya.

Meski lokasi geografis daerah tersebut memberikan perlindungan dari invasi dan penaklukan tentara negara yang menguasai wilayah tersebut sejak zaman kuno, seperti Saba dan Himyar, pengaruh era dan budaya yang ada dapat dilihat pada arsitekturnya.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement