Kamis 08 Oct 2020 18:21 WIB

Islam di Prancis Kerap Disudutkan, Malah Populasi Tambah

Catatan kekerasan terhadap Muslim Prancis terus muncul tiap tahun.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Catatan kekerasan terhadap Muslim Prancis terus muncul tiap tahun.  Seorang wanita muslim melintasi polisi Prancis yang berjaga di luar masjid kota Paris.
Catatan kekerasan terhadap Muslim Prancis terus muncul tiap tahun. Seorang wanita muslim melintasi polisi Prancis yang berjaga di luar masjid kota Paris.

REPUBLIKA.CO.ID, PRANCIS— Ujaran kebencian terhadap Muslim kini telah dilegitimasi, sehingga serangan diskriminasi yang dialamatkan pada Muslim di Prancis semakin memprihatinkan. 

Profesor Politik Arab Modern dan Sejarah Intelektual di Universitas Columbia di New York, Joseph Massad, mengatakan 

Baca Juga

Mereka bukan hanya terancam menerima tindakan kekerasan melainkan juga teror, seperti yang menyerang Imam ternama Rachid yang meninggal setelah menjadi sasaran penembakan di Masjid Brest.       

Ekstremisme Kristen radikal Prancis terus meningkatkan serangan terhadap Muslim Prancis maupun non-Prancis. The Collectif contre l'islamophobie en France (CCIF) mencatat 1.043 insiden Islamofobia yang terjadi pada 2019, meningkat 77 persen sejak 2017. 

Dari ribuan kasus tersebut, 68 (6,5 persen) diantaranya adalah serangan fisik (6,5 persen), 618 insiden diskriminasi (59,3 persen), 210 insiden ujaran kebencian dan hasutan kebencian rasial (20,1 persen), 93 insiden pencemaran nama baik (8,9 persen), 22 insiden perusakan tempat-tempat suci umat Islam (2,1 persen), dan 32 insiden diskriminasi terkait dengan pemberantasan terorisme (3,1 persen).   

Pada Oktober tahun lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Menteri Dalam Negeri saat itu Christophe Castaner menghubungkan sederet kasus dan pelaku terorisme di Prancis dengan budaya Muslim Prancis, seperti memiliki janggut, sholat lima waktu, makan makanan halal, dan lainnya. 

"Ini benar-benar kebetulan bahwa presiden dan menteri dalam negerinya, dinamai menurut nama Yesus Kristus, yang seharusnya tidak mengimplikasikan semua orang yang dinamai Yesus memiliki krisis dengan Islam, melainkan hanya beberapa dari mereka yang mengekspresikan kebencian sekuler anti-Muslim," tulis Massad yang dikutip di Middle East Eye, Kamis (8/10). 

Pekan lalu, Macron menyatakan bahwa Islam adalah agama yang mengalami krisis di seluruh dunia saat ini. Dia menambahkan bahwa dia berusaha untuk 'membebaskan' Islam di Prancis dari pengaruh asing dengan meningkatkan pengawasan pembiayaan masjid.  

Namun nyatanya Macron bukanlah penguasa Prancis pertama yang ingin "membebaskan" Islam. Ketika Napoleon Bonaparte menginvasi Mesir dan Palestina pada 1798, rencana liciknya adalah berbohong kepada orang Mesir dengan mengumumkan bahwa dia dan pasukannya adalah Muslim yang taat dan bahwa mereka datang untuk membebaskan Muslim dan Islam dari tirani Mamluk.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement