Rabu 14 Oct 2020 12:23 WIB

PM Armenia Tuding Turki Terus Sulut Serangan Azerbaijan

PM Armenia menuding Turki menyabotase gencatan senjata dengan Azerbaijan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan
Foto: EPA-EFE/ARMENIAN GOVERNMENT PRESS OFFICE
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan

REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN -- Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, mengatakan perubahan sikap Turki di Nagorno-Karabakh dapat mendorong Azerbaijan menghentikan aksi militer di wilayah itu. Hanya saja, dia menyatakan, tidak melihat upaya Ankara untuk melakukan hal tersebut.

"Saya yakin selama posisi Turki tidak berubah, Azerbaijan tidak akan berhenti berperang," kata Pashinyan. Dia menuduh Turki menyabotase gencatan senjata dan mencoba mengerahkan pasukan ke wilayah Kaukasus Selatan yang lebih luas untuk melanjutkan ambisi ekspansionisnya.

Baca Juga

Sejak pertempuran berkobar pada 27 September, Turki menjadi pendukung terkuat Azerbaijan dan menyatakan pasukan Armenia harus meninggalkan daerah yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi diperintah dan dihuni oleh etnis Armenia.

Pashinyan mengatakan, Turki telah menyatakan secara terbuka, sebelum pembicaraan gencatan senjata, bahwa mereka percaya Azerbaijan harus terus berjuang. Menteri Luar Negeri Turki telah menelepon Menteri Luar Negeri Azerbaijan setelah kesepakatan itu.

"Turki telah datang ke Kaukasus Selatan untuk melanjutkan kebijakan yang mereka lakukan di Mediterania melawan Yunani dan Siprus, atau di Libya, atau di Suriah, atau di Irak. Itu adalah kebijakan ekspansionis," kata Pashinyan.

Gencatan senjata telah disepakati dalam konflik atas Nagorno-Karabakh di Moskow pada pekan lalu. Namun, kedua negara saling menuding melakukan pelanggaran dan membuat kondisi tetap dalam ketegangan.

"Dan masalahnya adalah orang-orang Armenia di Kaukasus Selatan adalah rintangan terakhir yang tersisa dalam perjalanannya untuk menerapkan kebijakan ekspansionis itu," ujar Pashinyan menyinggung Turki yang terus mendorong Azerbaijan untuk bertahan.

Perdana Menteri Armenia memperingatkan bahwa pengaruh Turki dapat meracuni Kaukasus Selatan. "Seluruh Kaukasus Selatan akan menjadi Suriah dan api itu akan menyebar ke utara dan selatan dengan cepat," katanya.

Pashinyan mengulangi tuduhan bahwa Turki menjalankan kebijakan Kesultanan Utsmaniyah pada awal abad ke-20, sesuatu yang disebutnya sebagai kelanjutan dari genosida Armenia dan telah disangkal oleh Ankara. Genosida Armenia mengacu pada pembunuhan 1,5 juta orang Yerevan di bawah Kekaisaran Ottoman dari 1915 hingga 1923. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement