Rabu 14 Oct 2020 20:15 WIB

Serunya Bedah Buku Karya 4 Orang Guru

Bedah buku itu dilaksanakan secara langsung dan virtual.

Asmahudroh SP, MPd,  guru SMA Bina Insani Bogor, tampil di acara bedah buku berjudul Sosiologi dan Penanaman Karakter di Gedung Perpustakaan Daerah Kota Bogor, Selasa (13/10).
Foto: Dok SBBI
Asmahudroh SP, MPd, guru SMA Bina Insani Bogor, tampil di acara bedah buku berjudul Sosiologi dan Penanaman Karakter di Gedung Perpustakaan Daerah Kota Bogor, Selasa (13/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Empat orang guru berkolaborasi menulis  sebuah buku berjudul Sosiologi dan Penanaman Karakter. Mereka adalah  Asmahudroh SP, MPd,  guru SMA Bina Insani Bogor tulisan berjudul Kritis dan Peduli Lingkungan; Dra  Marwati Guru SMPIT dan SMAIT Daarul Rahmah, Depok dengan tulisan  berjudul Nasionalisasi dan Gotong Royong;  Siti Maroah  SSos,  guru SMAN 1 Banjar dengan tulisan berjudul Karakter Berpribadi Utuh; dan  dan Tati Sulastri, SPd, MPd,  guru SMAN 1 Tambun Utara, Bekasi dengan tulisan berjudul Kearifan Lokal.

Mereka bertemu pada saat acara Olimpiade Sains Nasional (OSN)  tahun 2019, kemudian sepakat menulis sebuah buku tentang pendidikan karakter.

Buku ini diterbitkan oleh Lingkaran Yogyakarta dan dieditori oleh Sofian Munawar, MA (Pendiri  Yayasan Ruang Baca Komunitas).

photo
Asmahudroh SP, MPd menyerahkan buku Sosiologi dan Penanaman Karakter kepada Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kota Bogor, Drs Agung Prihanto.  (Foto: Dok SBBI)

Buku tersebut dibedah di Perpustakaan Daerah Kota Bogor, Selasa (13/10). Acara dibuka oleh Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kota Bogor, Drs  Agung Prihanto. Agung menyampaikan bahwa kegiatan bedah buku merupakan  kegiatan rutin yang dilakukan. “Namun kali ini  berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena di masa pandemi. Jadi, kegiatan dilakukan juga secara virtual,” kata Agung seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Peserta yang kali ini terlibat berasal dari Tim GLN Gareulis Kota Bogor, MGMP Sosiologi, Angkatan 32 IPB, dan SMA Bosowa Bina Insani Bogor.

Pemaparan buku ini diwakili oleh Asmahudroh secara langsung, sedangkan tiga penulis lainnya mengikuti secara virtual. Hal itu membuat bedah buku tersebut bertambah seru. Dalam pemaparannya Asmahudroh menyampaikan hal yang menarik dari tiap artikel yang terdapat dalam buku ini.

Tulisan Asmahudroh diambil berdasarkan kegiatan menanamkan karakter kritis dan peduli lingkungan melalui Hots dan Simulasi Debat pada Mata pelajaran Sosiologi tentang Pilpres, Tuntutan Merdeka, Pertentangan Agama, Aksi Bela Islam 212, dan Freeport.

“Hal yang menarik dalam artikel ini simulasi sosial membantu siswa mengalami berbagai kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka agar bisa merefleksikan dan evaluasi apa yang terjadi serta mampu mengemukakan berbagai sudut pandang,” ujar Asmahudroh.

Tulisan Marwati berkenaan dengan penanaman karakter melalui Pembelajaran Sosiologi pada materi Perbedaan, Kesetraan, dan Harmoni. Siswa dilatih agar menghargai perbedaan melalui sikap toleransi dan empati tinggi sehingga menjadi bekal untuk dapat hidup dalam masyarakat multikultural secara harmonis.

Lain halnya dengan Siti Maroah yang mengambil tulisan dengan menanamkan pendidikan karakter melalui mata pelajaran Sosiologi. Menurutnya,  Sosiologi menumbuhkan keterlibatan siswa di ruang publik yang lebih luas dan berorientasi penguasaan pengetahun, nilai kemanusiaan, dan keterlibatan sosial. Mulai dari memiliki kepekaan dan kepeduliaan terhadap masalah-masalah sosial dan tanggung jawab pemecahan masalah serta memiliki keberdayaan dan kemampuan diri.

photo
embicara dan peserta acara bedah buku Sosiologi dan Penanaman Karakter berfoto bersama di depan Gedung Perpustakaan Daerah Kota Bogor.  (Foto: Dok SBBI)

Artikel terakhir yang ditulis Tati Sulastri membahas tentang mempertahankan  nilai-nilai kearifan lokal di tengah arus modernisasi. Dalam tulisannya, ia mengkaji nilai-nilai kearifan lokal tradisi mendem Rumah Panggung yang masih dipertahankan oleh Komunitas Kampung Kranggan.

“Hal ini  membuat kita tahu yang penting, yaitu meski tergerus zaman, tetapi ada beberapa yang melestarikan rumah panggung berbahan kayu. Apalagi didukung peranan tokoh adat, pejabat struktural, budayawan, dinas parawisata dan masyakat asli,” tuturnya.

Setelah pemaparan acara dilanjutkan dengan tanya jawab baik secara langsung ataupun virtual dan diakhiri dengan pemberian doorprize.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement