Senin 19 Oct 2020 20:29 WIB

Israel: Palestina tak Boleh Jadi Penghambat Normalisasi

Israel berusaha agar negara-negara Arab lainnya mengikuti jejak Bahrain dan UEA

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Gadis-gadis Palestina memegang tanda bertuliskan, Ganggu kesepakatan antara Uni Emirat Arab dan Israel, selama protes terhadap normalisasi hubungan antara Uni Emirat Arab dan Bahrain dengan Israel, di kota Ramallah, Tepi Barat, Selasa, September. 15, 2020.
Foto: AP/Majdi Mohammed
Gadis-gadis Palestina memegang tanda bertuliskan, Ganggu kesepakatan antara Uni Emirat Arab dan Israel, selama protes terhadap normalisasi hubungan antara Uni Emirat Arab dan Bahrain dengan Israel, di kota Ramallah, Tepi Barat, Selasa, September. 15, 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Kepala badan intelijen Israel (Mossad) Yossi Cohen mengatakan normalisasi diplomatik antara Israel dan negara-negara Arab tidak boleh terhambat karena adanya persyaratan memajukan negosiasi dengan Palestina. Hal itu disampaikan setelah Israel secara resmi membuka hubungan dengan Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA).

"Negosiasi dengan Palestina tidak boleh menjadi syarat atau hambatan di depan kontak yang berkelanjutan untuk normalisasi dengan negara-negara kawasan," kata Cohen kepada Israeli Broadcasting Corporation pada Senin (19/10).

Baca Juga

Cohen mengisyaratkan akan berusaha agar negara-negara Arab lainnya mengikuti jejak Bahrain dan UEA. "Kesepakatan dengan negara-negara Teluk memberi kami kedalaman strategis yang penting melawan poros kejahatan yang dikelola oleh Iran. Israel berharap negara lain akan menjalin kontak resmi, kami berhubungan dengan beberapa negara di kawasan dan di luar di Timur Tengah dan Afrika," ucapnya.

Sebelumnya media Israel melaporkan Cohen telah menjalin kontak rahasia dengan pemimpin negara-negara Arab. Dia melobi dan mendorong agar mereka bersedia melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel.

Pada Ahad lalu, Israel mengutus delegasi ke Manama, Bahrain. Mereka dipimpin Penasihat Keamanan Nasional Israel Meir Ben-Shabbat. Dalam kunjungan itu, Ben-Shabbat dan Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid Al-Zayani menandatangani dokumen sebagai tanda resminya perjanjian damai serta normalisasi diplomatik antara kedua negara.

Al-Zayani mengaku optimistis perdamaian dengan Israel akan membawa stabilitas dan serta kemakmuran di kawasan. “Hari ini, kami meletakkan fondasi di mana kami dapat mencapai tujuan ini, membangun kerangka kerja praktis untuk memajukan baik kerja sama bilateral kami dan kemitraan berkelanjutan kami yang dinikmati negara-negara kami dengan Amerika Serikat," katanya.

Kendati demikian, Al-Zayani tetap menekankan tentang perlunya resolusi adil dan komprehensif untuk konflik Israel-Palestina. “Visi ini bertujuan untuk mempromosikan proses perdamaian menuju prospek yang lebih positif, dimulai dengan menjaga hak-hak sah dari saudara-saudara Palestina sesuai dengan resolusi hukum internasional," ujarnya.

AS selaku mediator yang menjembatani proses normalisasi diplomatik Israel dengan Bahrain turut mengirim delegasi ke Manama pada Ahad lalu. Mereka dipimpin Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin. Menurut Mnuchin, saat ini AS dan Israel sedang bekerja bersama agar lebih banyak negara Arab bersedia melakukan normalisasi diplomatik.

"Kami berharap bisa segera mengumumkannya (normalisasi diplomatik Israel dengan negara Arab lainnya)," kata Mnuchin dikutip laman Times of Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement