Selasa 20 Oct 2020 14:21 WIB

Peneliti Arab Saudi: Turki Jadikan Ideologi Islam Alibi

Turki dinilai jadikan ideologi Islam untuk menutupi kerugian ekonomi.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Peneliti Arab Saudi: Turki Jadikan Ideologi Islam Alibi. Foto ilustrasi: Seorang pria mengibarkan bendera Turki di luar Hagia Sophia era Byzantium, di distrik bersejarah Sultanahmet di Istanbul, Jumat, 24 Juli 2020.
Foto: AP Photo/Omer Kuscu
Peneliti Arab Saudi: Turki Jadikan Ideologi Islam Alibi. Foto ilustrasi: Seorang pria mengibarkan bendera Turki di luar Hagia Sophia era Byzantium, di distrik bersejarah Sultanahmet di Istanbul, Jumat, 24 Juli 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA--Abdullah bin Bijad Al-Otaibi, seorang peneliti Saudi mengatakan, Recep Tayyip Erdogan menggunakan ideologi politik Islam untuk menyembunyikan kerugian ekonomi negara akibat penyebaran kekacauan dari Mediterania Timur ke Kaukus.

Turki telah menyebar kekacauan dari Azerbaijan ke Libya, hingga ke Suriah, wilayah yang minyaknya dieksploitasi oleh Turki, tulis Al-Otaibi. Selain itu, wilayah Laut Hitam juga telah menjadi tempat eksperimen sistem di atas laut rudal S-400 Rusia.

Baca Juga

Peneliti Saudi mengatakan, agresi Ankara di wilayah tersebut menyebabkan Turki terus dibayangi sanksi dari Amerika dan Eropa. Disisi lain, Ankara telah berdiri kuat di belakang Azerbaijan dalam konfliknya yang baru-baru ini berkobar dengan Armenia atas perebutan wilayah sengketa Nagorno-Karabakh, dan diduga meminta tentara bayaran Suriah untuk membantu sekutunya.

Negara ini juga terlibat dalam konflik di Libya, dan mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui secara internasional. Turki, baru-baru ini juga menandatangani kesepakatan maritim dengan GNA dalam upaya untuk mempermudah upaya negosiasi dengan Yunani. Turki juga terus mempertahankan kehadiran militer di Suriah dan Irak, mengingat banyaknya kelompok bersenjata Kurdi yang beroperasi di negara-negara Timur Tengah yang diperangi.

"Transformasi Turki, dari negara stabil menjadi negara yang mempromosikan dan menyebarkan malapetaka, adalah bagian dari konteks sejarah yang kompleks dan panjang," ujar Al-Otaibi, yang berpendapat bahwa Turki telah menempuh perjalanan jauh dari visi negaranya, yang dikutip di Ahval News, Selasa (20/10).

Menurut Al-Otaibi, presiden pertama Turki sekaligus pemimpin revolusi Turki, Mustafa Kemal Atatürk telah memerintah dengan satu tujuan, yaitu mewujudkan impian pribadinya untuk menghidupkan kembali kekhalifahan Ottoman. Sedangkan Erdoğan menyebarkan kekacauan dalam mengejar kepentingan ekonomi melalui jaringan pipa (tersembunyi), tulis Al-Otaibi.

"Dia (Erdogan) menyebar kekacauan melalui penggambaran garis keturunan pada peta sipil dari daerah-daerah yang dilanda bencana," tulisnya.

Sumber:

https://ahvalnews.com/turkey-foreign-policy/turkey-wreaking-havoc-political-islam-saudi-researcher-says

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement