Selasa 20 Oct 2020 16:18 WIB

Pelatih Basket Bertahan pada Masa Pandemi

Hendi sudah mengantongi lisensi kepelatihan level B.

Rep: Fitrianto/ Red: Israr Itah
Hendi Aries Pratama (kiri) saat melatih anak-anak bermain basket.
Foto: Dokpri
Hendi Aries Pratama (kiri) saat melatih anak-anak bermain basket.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Papan strategi plus spidol non permanen yang biasa digunakan untuk mengatur taktik dan strategi bermain basket masih tersimpan rapi di laci meja kerja Hendi Aries Pratama. Dua perlengkapan utama beserta peluit yang biasa digantungkan di leher saat melatih basket anak-anak klub maupun siswa sekolah sudah lebih setengah tahun tak tersentuh.

Hendi sosok yang menggemari basket dan cukup piawai memainkannya. Kemampuan pria berperawakan tegap sedikit gemuk ini dalam mengolah si karet bundar membuatnya mendapatkan kesempatan melatih anak-anak bermain basket. Ia melakukannya dengan gembira karena selain mendapatkan uang, Hendi mengerjakan sesuatu yang disenanginya. Profesinya semakin lengkap karena Hendi sudah mengantongi lisensi kepelatihan level B. Dengan lisensi tersebut, Hendi bisa melatih tim kampus atau daerah.

Namun sekarang, sama seperti kebanyakan kita, Hendi menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Pandemi Covid-19 membuat semua sektor terdampak. Salah satunya yang cukup terasa adalah di bidang olahraga. Pasalnya semua aktivitas yang berkaitan dengan kontak fisik dan melibatkan banyak orang tidak diperkenankan digelar.

Profesi pelatih basket salah satu yang mendapatkan hantaman Pandemi Covid-19 sejak awal Maret lalu. "Sebelum pandemi Covid-19, kegiatan sehari-hari saya melatih basket. Mulai dari Senin hingga Ahad. Yang saya latih mulai klub basket hingga sekolahan," kata Hendi saat berbincang dengan Republika.co.id, Selasa (20/10).

Pria kelahiran Padang, 6 April 1986 ini terpaksa menghentikan aktivitasnya ketika pemerintah mengumumkan Indonesia pandemi Covid-19. Warga Indonesia diminta memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan membatasi kegiatan di luar rumah. Rutinitas Hendi terhenti. Ia tak bisa lagi melatih basket."

"Terus terang hantaman pandemi Covid-19 ini sangat menganggu secara finansial. Karena melatih basket adalah satu-satunya mata pencaharian saya selama ini. Tabungan yang tidak seberapa pun harus dimanfaatkan secara cermat dan hemat tentunya," kata pria penikmat film ini.

Untuk bisa terus bertahan di rimba beton Jakarta, Hendi harus melakukan apa pun demi kelangsungan hidupnya. Apalagi ia tidak termasuk penerima bantuan sosial dari pemerintah. "Pernah saya membantu kakak teman yang sakit stroke dengan mencoba terapi penguatannya, tapi tidak lama," kata Hendi berkisah.

Di tengah kesulitan, Hendi termasuk sosok yang sedikit beruntung. Dia mendapatkan suntikan finansial dari sanak saudara serta orang tua murid yang ia latih basket. "Semua atas inisiatif Mereka yang peduli dengan profesi seperti saya ini," kata dia.

Walaupun nmendapatkan bantuan, Hendi tak mau berpangku tangan. Ia memanfaatkan internet, mencoba berjualan perlengkapan basket secara daring. Melatih secara virtual pun pernah dijalaninya. Sayang kegiatan kedua ini tidak lama karena hasilnya kurang maksimal. Tujuan latihan yang diharapkannya tak tercapai.

Seiring berjalannya waktu, Hendi sudah mulai melatih basket lagi. Namun kegiatannya masih jauh dari normal, baik untuk klub ataupun pribadi. 

"Saya menjalankannya dengan protokol Kesehatan. Untuk tim sekolah masih libur semua," kata dia. 

Meskipun belum pulih maksimal dan belum tahu kapan kondisi kembali normal, Hendi masih menaruh harap dari profesinya ini. Ia berharap pandemi bisa segera berlalu agar ia dan orang-orang lain yang pekerjaannya terdampak Covid-19 bisa kembali menjalani kehidupan normal. 

"Semoga kita semua selalu menjaga protokol kesehatan yang baik seperti anjuran pemerintah agar kasus Covid-19 cepat menurun dan segera hilang," kata dia berharap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement