Selasa 20 Oct 2020 22:16 WIB

Mimpi Syahid Sahabat Rasulullah SAW Saat Tumpas Nabi Palsu

Abbad bin Bisyir sahabat Rasulullah SAW syahid saat Perang Yamamah.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Abbad bin Bisyir sahabat Rasulullah SAW syahid saat Perang Yamamah. Sahabat Nabi (Ilustrasi)
Foto: Dok Republika.co.id
Abbad bin Bisyir sahabat Rasulullah SAW syahid saat Perang Yamamah. Sahabat Nabi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- 'Abbad bin Bisyir adalah sahabat Nabi Muhamad SAW yang berasal dari kalangan Anshar. Ia kenal dengan kegigihannya dalam berjihad, bahkan setelah Rasulullah SAW wafat sekalipun, semangat juangnya tak pernah padam.  

Setelah Nabi Muhammad wafat, 'Abbad bin Bisyir tetap berjihad di jalan Allah. Seperti diketahui, pelbagai peristiwa dahsyat mengikuti setelah wafatnya Rasulullah.

Baca Juga

Sosok-sosok nabi palsu dengan sombong menantang kepemimpinan Abu Bakar ash-Shidiq. Salah satunya adalah Musailamah al-Kaddzab dengan bala tentaranya.

Maka 'Abbad bin Bisyir melihat adanya bahaya besar yang mengancam Islam bila fitnah Musailamah tak segera dipadamkan. Ia pun ikut terjun dalam Perang Yamamah, yang terjadi antara kaum Muslim dan kaum murtad itu.

في الليلة التي سبقت المعركة الحاسمة رأى عباد بن بشر فيما يراه النائم أن السماء انفرجت له، فلما دخل فيها ضمته إليها وأغلقت عليه بابها. فلما أصبح حدث أبا سعيد الخدري برؤياه وقال: الله إنها الشهادة يا أبا سعيد.

وهناك عند أسوار الحديقة سقط عباد بن بشر شهيدًا مضرجًا بدمائه وفيه ما فيه من ضربات السيوف وطعنات الرماح ووقع السهام حتى إنهم لم يعرفوه إلا بعلامة كانت في جسده.

ويشهد أبو سعيد الخدري لعباد بالشجاعة أيضًا يوم اليمامة وينقل لنا صوته يومئذ وهو يصيح بالأنصار: احطموا جفون السيوف, وتميزوا من الناس, وجعل يقول: أخلصونا أخلصونا، فأخلصوا أربعمائة رجل من الأنصار ما يخالطهم أحد, يقدمهم عباد بن بشر وأبو دجانة والبراء بن مالك رضي الله عنهم.

حتى انتهوا إلى باب الحديقة فقاتلوا أشد القتال، وقتل عباد بن بشر رحمه الله فرأيت بوجهه ضربًا كثيرًا، ما عرفته إلا بعلامة كانت في جسده.

Diriwayatkan, satu hari jelang dimulainya Perang Yamamah, 'Abbad bin Bisyir ternyata mengalami sebuah mimpi dalam tidurnya. Di sana, ia melihat tabir disingkapkan kepadanya. 'Abbad bin Bisyir mentakwilkan mimpi itu, bahwa dalam peperangan ini ia akan menjumpai wafat syahid.

Kepada salah seorang sahabatnya, Abu Sa'id al-Khudiri, 'Abbad bin Bisyir menceritakan mimpinya itu, yakni bahwa 'Abbad melihat langit terbuka kepadanya. Kemudian, tutur 'Abbad, di antara celah langit yang terbuka itu, ruhnya naik dan memasukinya. Lantas, langit menutup kembali.

Dari mimpinya itu, 'Abbad mentakwilkannya bahwa pada pertempuran yang akan terjadi beberapa saat lagi, ia akan wafat syahid dan kembali ke keridhaan Allah. “Demi Allah, ujarku, itu adalah mimpi yang baik,” kata Abu Sa'id.

Dalam Perang Yamamah itu, kaum Muslim sempat terdesak. Saat itulah, 'Abbad bin Bisyir naik ke atas bukit dan dengan lantang berseru kepada pasukan Muslim seluruhnya dan kaum Anshar khususnya.

“Pecahkan sarung-sarung pedangmu dan tunjukkan kelebihan kalian!” 

Demi mendengar seruan pembakar semangat itu, mental juang pasukan Muslim terdongkrak. Sekitar 400 orang dari golongan Anshar menyerbu barisan musuh.

Kaum murtad yang tadinya jumawa kini kebingungan dan lari ke belakang. Sampailah mereka di kebun bunga milik komandannya sendiri. Di sanalah puncak pertempuran terjadi.

Kebun ini digunakan Musailamah sebagai benteng pertahanan. Namun, pasukan Muslim yang sudah merangsek masuk tak terbendung. Kedua belah pihak saling berjibaku. Dalam pada itu, 'Abbad bin Bisyir gugur syahid diserang musuh. Ia wafat sebagai syahid dan pahlawan besar kaum Anshar.

“Wajahnya saya lihat penuh dengan bekas sambaran pedang. Dan saya mengenalnya hanyalah dengan melihat tanda yang terdapat pada tubuhnya!” kata Abu Sa'id al-Khudiri saat melihat jasad sahabatnya itu.

Demikianlah semangat juang seorang 'Abbad bin Bisyir. Abu Sa'id menceritakan, saat turun untuk ikut menyerbu pasukan Musailamah yang sudah kalang-kabut, 'Abbad bin Bisyir mengaku mengingat ucapan Rasulullah  terhadap golongan Anshar. “Kalian adalah utama! Maka tak mungkin saya dikhianati pihak kalian.”

Ternyata, pidato Rasulullah  itu menjadi pemantik semangatnya, memenuhi rongga dada dan hatinya, seakan-akan Rasulullah  masih hidup dan bersama-sama di sisinya.

'Abbad bin Bisyir merasa bahwa seluruh tanggung jawab peperangan itu terpikul hanya di atas bahu golongan Anshar semata. Atau, di atas bahu mereka (Anshar) sebelum golongan lainnya.

Maka ketika itu, naiklah ia ke atas sebuah bukit lalu berseru, “Wahai golongan Anshar! Pecahkan sarung-sarung pedangmu, dan tunjukkan keistimewaanmu dari golongan lain!”

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement