Rabu 21 Oct 2020 10:13 WIB

Penutupan Masjid di Prancis Membuat Sedih Warga Muslim

Prancis menutup masjid akibat dampak kasus pembunuhan guru.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Penutupan Masjid di Prancis Membuat Sedih Warga Muslim. Foto: Seorang perempuan membaca pengumuman penutupan Masjid Agung Pantin di pinggiran Paris, Prancis, 20 Oktober 2020. Masjid tersebut ditutup usai pembunuhan seorang guru beberapa hari sebelumnya.
Foto: Reuters/Antony Paone
Penutupan Masjid di Prancis Membuat Sedih Warga Muslim. Foto: Seorang perempuan membaca pengumuman penutupan Masjid Agung Pantin di pinggiran Paris, Prancis, 20 Oktober 2020. Masjid tersebut ditutup usai pembunuhan seorang guru beberapa hari sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis memerintahkan penutupan sementara sebuah masjid di luar Paris, Masjid Agung Pantin pada Selasa (20/10). Penutupan sebagai bagian dari tindakan keras terhadap Muslim, setelah pemenggalan kepala seorang guru yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelasnya.

Dilansir dari laman Huffpost Rabu (21/10), Masjid Agung Pantin telah membagikan video di halaman Facebook-nya, sebelum terjadi serangan terhadap guru sejarah Samuel Paty.

Baca Juga

Sementara itu, Polisi menempelkan pemberitahuan tentang perintah penutupan di luar masjid. Pihak berwenang menyatakan tanggapan keras terhadap penyebar pesan kebencian, penceramah khotbah, dan orang asing yang diyakini menimbulkan ancaman keamanan bagi Prancis.

Perintah selama enam bulan itu disebut memiliki tujuan utama untuk mencegah tindakan terorisme. Pemberitahuan itu dikeluarkan oleh kepala Departemen Seine-Saint-Denis.

 

Pemenggalan kepala seorang guru dilakukan karena dia berupaya mengeksplorasi debat terkait kebebasan berekspresi bersama para siswa. Kebebasan tersebut disebut sebagai prinsip demokrasi yang dijunjung tinggi di Prancis.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron semakin prihatin dengan apa yang dia sebut sebagai separatisme Islam, sebuah upaya oleh elemen-elemen musuh dalam komunitas Muslim besar Prancis untuk memaksakan keyakinan Islam konservatif atas nilai-nilai tradisional Republik Prancis di beberapa komunitas.

Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmain mengatakan, pekan tersebut Prancis dihadapkan oleh musuh yang berada di dalam.

Kepala Masjid Panin, M’hammed Henniche, akhir pekan ini menyatakan penyesalannya dengan membagikan video tersebut di media sosial, setelah diketahui Paty menjadi korban kampanye intimidasi secara daring bahkan sebelum dia dibunuh.

Dalam video tersebut, ayah seorang Muslim dari salah satu siswa Paty mengatakan, bahwa guru sejarah telah memilih siswa Muslim dan meminta mereka meninggalkan kelas sebelum menayangkan kartun tersebut. Dia menyebut Paty seorang preman dan mengatakan dia ingin gurunya disingkirkan.

Henniche memberi tahu Agence France Presse bahwa dia telah membagikan video tersebut. Video yang difilmkan oleh ayah seorang siswa Paty, namun bukan untuk mendukung pengaduan tersebut, tetapi untuk kepentingan anak-anak Muslim. Saat ini ayah siswa tersebut sekarang berada dalam tahanan polisi.

"Tidak ada ruang untuk kekerasan dalam agama kami", sebut masjid tersebut dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di Facebook pada Senin (19/10).

Seorang warga Pantin, Maya mengatakan, suaminya sebelumnya shalat di masjid, dan menyebut penutupan itu menyedihkan bagi komunitas muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement