Rabu 21 Oct 2020 11:31 WIB

'Menghina Agama Sama dengan Ajakan untuk Membenci'

Imam besar Al-Azhar mengutuk kasus pemenggalan seorang guru bahasa Prancis.

Rep: Zahrotul Oktaviani / Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Imam Besar Al Azhar mengutuk pemenggalan guru di Prancis
Foto: Arab News
Imam Besar Al Azhar mengutuk pemenggalan guru di Prancis

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Imam besar Al-Azhar mengutuk kasus pemenggalan seorang guru bahasa Prancis. Ia mengatakan Islam, ajaran dan Nabi-nya tidak bersalah dari kejahatan yang dilakukan oleh seseorang yang berasal dari Chechnya, berusia 18 tahun.

Pidato yang ditulis oleh Sheikh Ahmed al-Tayeb dari institusi Islam Sunni Mesir yang bergengsi ini dibacakan di Capitol Square Roma. Surat dibacakan di depan pertemuan para pemimpin Kristen, Yahudi dan Buddha, termasuk Paus Francis dan Kepala Rabbi Prancis Haim Korsia. Mereka berkumpul untuk menandatangani seruan bersama atas nama perdamaian.

Pada saat yang sama, ia juga menekankan menghina agama dan menyerang simbol suci di bawah panji kebebasan berekspresi adalah standar ganda intelektual. Hal tersebut dinilai sama dengan undangan terbuka untuk kebencian.

"Menghina agama atas nama kebebasan berbicara adalah ajakan untuk membenci," kata Tayeb dalam pidatonya, mengacu pada pemenggalan kepala guru bahasa Prancis Samuel Paty pada Jumat (16/10) lalu, dilansir di Al Arabiya, Rabu (21/10).

 

Seorang guru bernama Paty, diserang dan dibunuh oleh seseorang yang berasal dari Chechnya, yang berusia 18 tahun. Guru berusia 47 tahun ini dibunuh saat dalam perjalanan pulang dari SMP tempat dia mengajar, Conflans-Sainte-Honorine, dekat Paris.

Paty sebelumnya diketahui menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya yang membuat marah seorang ayah. Wali murid ini lantas memimpin kampanye daring guna melawan guru itu. Hasil penyelidikan mengungkapkan hal ini berhubungan dengan pembunuh tersebut.

Pembunuhnya, Abdullakh Anzorov, mengunggah gambar tubuh sang guru yang telah dipenggal di Twitter, sebelum dia ditembak mati oleh polisi.

"Teroris tidak berbicara untuk agama Nabi Muhammad, sama seperti teroris di Selandia Baru yang membunuh Muslim di masjid tidak berbicara untuk agama Yesus," lanjut Tayeb.

Polisi telah menangkap 16 orang, termasuk seorang "radikal Islam" dan empat anggota keluarga Anzorov. Menteri Dalam Negeri, Gerald Darmanin, mengatakan sosok radikal dan ayah wali murid sebelumnya telah mengeluarkan "fatwa" terhadap guru tersebut, Senin (19/10).

Al-Azhar merupakan salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka di dunia. Pada bulan September lalu, mereka juga mengutuk keputusan majalah satir Prancis Charlie Hebdo mencetak ulang kartun Nabi Muhammad, ketika persidangan atas serangan teror 2015 di kantornya di Paris dibuka.

Pada Februari 2019, Paus Francis dan Sheikh Ahmed al-Tayeb menandatangani dokumen tentang "persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia". Dokumen tersebut mengutuk ekstremisme agama yang mendukung teroris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement