Kamis 22 Oct 2020 16:34 WIB

BI Dorong Ekosistem Teritegrasi ke Arah Digital Bagi UMKM

Gubernur BI menjelaskan ada empat strategi kunci yang perlu dilakukan

Pengelola perusahaan rintisan digital atau startup mengoperasikan program pelayanan di sebuah kantor bersama berbasis jaringan internet (Coworking space) Ngalup.Co di Malang, Jawa Timur, Senin (12/10/2020). Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan bisa menumbuhkan 750 wirausaha baru berbasis teknologi informasi atau startup digital setiap tahun untuk mendorong lebih banyak pelaku UMKM terakses digital.
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Pengelola perusahaan rintisan digital atau startup mengoperasikan program pelayanan di sebuah kantor bersama berbasis jaringan internet (Coworking space) Ngalup.Co di Malang, Jawa Timur, Senin (12/10/2020). Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan bisa menumbuhkan 750 wirausaha baru berbasis teknologi informasi atau startup digital setiap tahun untuk mendorong lebih banyak pelaku UMKM terakses digital.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Bank Indonesia mendorong ekosistem yang terintegrasi dan transformasi ke arah digital bagi pelaku UMKM di sektor pangan untuk mendukung stabilitas harga, meningkatkan kesejahteraan petani dan mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

“Ekosistem terintegrasi disertai adaptasi penggunaan teknologi digital,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2020 secara virtual di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, ekosistem terintegrasi dan teknologi digital dilakukan dari sisi produksi yakni ketersediaan pasokan dan pembiayaan ke UMKM produsen, kemudian dari sisi distribusi yakni dengan korporatisasi distributor dan agregator hingga ke konsumen.

Gubernur BI menjelaskan ada empat strategi kunci yang perlu dilakukan. Yakni korporatisasi dengan membentuk klaster atau kelompok UMKM untuk memperkuat skala usaha. Kedua, lanjut dia, terkait kapasitas baik produksi, keuangan dan pemasaran, kemudian ketiga, peningkatan akses pembiayaan baik dari perbankan dan nonperbankan serta perusahaan teknologi keuangan. Keempat, digitalisasi dari sisi produksi hingga produk tersebut sampai ke tangan konsumen.

Ia menambahkan model bisnis seperti itu sudah dikembangkan sejumlah UMKM pangan salah satunya UMKM bawang merah di Brebes, Jawa Tengah yang diharapkan bisa direplikasi di sejumlah daerah lainnya.

“Model bisnis ini telah memperkuat kelembagaan dengan korporatisasi mampu meningkatkan nilai tambah produk, memperluas akses pembiayaan dan kerja sama memasarkan produk lebih luas dalam negeri melalui platform digital dan menembus pasar ekspor,” katanya.

Pemanfaatan teknologi digital di sektor pertanian, kata dia, juga dapat membentuk rantai pasok dari hulu ke hilir. Dari hulu atau produksi, dengan Internet of Things (IoT), digunakan untuk mendukung produktivitas petani dan di sisi hilir atau pemasaran, UMKM pertanian juga membentuk platform digital sehingga akses pasar bisa diperluas dan memotong rantai distribusi. “Selain memberikan jaminan kepastian akses pasar dan harga jual kompetitif sehingga mendorong dan keharusan UMKM taat agar berkesinambungan pasokan dan kualitas hasil pertanian,” katanya.

 

 

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement