Jumat 23 Oct 2020 15:11 WIB

Mesir Putuskan Letakkan Patung de Lesseps di Museum

Setelah perdebatan panjang, Patung de Lesseps diletakan di Museum

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Patung Ferdinand de Lesseps
Foto: Almonitor
Patung Ferdinand de Lesseps

IHRAM.CO.ID, CAIRO -- Otoritas Terusan Suez mengumumkan pada 11 Oktober 2020 bahwa patung insinyur Prancis Ferdinand de Lesseps akan diletakkan di Museum Terusan Suez di Provinsi Ismailia. Keputusan tersebut diambil setelah perdebatan panjang dan masyarakat yang menolak meletakkan patung di pintu utara Terusan Suez.

Ferdinand de Lesseps merupakan diplomat Prancis yang membangun terusan Suez dengan menggabungkan Laut Mediterania ke Laut Merah. Patung itu disimpan di galangan kapal laut di Otoritas Terusan Suez selama lebih dari 60 tahun.

Terusan Suez diresmikan pada 17 November 1869 dan patung diletakkan di pintu masuk utara terusan Suez pada 17 November 1899. Tetapi kemudian, orang Mesir memindahkan patung tersebut pada tahun 1956 setelah agresi tripartit melawan Mesir, sejak itu patung telah berada di gudang galangan kapal otoritas Terusan Suez.

Pada 2011, Pemerintah Mesir berencana kembali meletakkan patung Ferdinand de Lesseps di pintu masuk untuk menarik wisatawan. Namun rencana tersebut ditolak oleh masyarakat yang menganggap patung Ferdinand de Lesseps sebagai simbol kolonialisme dan mengingatkan masa kelam Mesir akan ketidakadilan yang dilakukan de Lesseps.

Dalam buku “History of Egypt from the Ottoman Conquest to Before the Present Time,” Selim Hassan dan Omar al-Iskandari mengungkapkan, bahwa tidak kurang dari 25 ribu pekerja tidak dibayar dalam menggalian kanal, beberapa diganti setiap tiga bulan dan menderita kondisi yang sulit. Banyak dari mereka yang meninggal akibat kelaparan, dehidrasi, panas, dingin, kelelahan dan kesengsaraan, dan setiap kali ada dari mereka yang meninggal, mereka akan digantikan oleh petani lain.

"de Lesseps membunuh anak-anak mereka dan menggunakan mereka dalam kerja paksa selama bertahun-tahun penggalian," kata Dekan Sekolah Tinggi Arkeologi dan Warisan Budaya di Akademi Arab untuk Sains, Teknologi, dan Transportasi Maritim, Monica Hanna dilansir dari Almonitor pada Jumat (23/10).

Karenanya, upaya pemerintah yang ingin menempatkan patung de Lasseps di terusan Suez terus mendapatkan penolakan dari masyarakat Mesir. Namun kondisi ekonomi negara yang kala itu tengah merosot membuat pemerintah Mesir terus menerus berupaya menjadikan De Lesseps sebagai ikon budaya untuk menarik wisatawan.

Pada 23 Juni 2011, Gubernur Port Said saat itu, Ahmed Abdullah menyerukan agar patung dikembali ke tempatnya, untuk merangsang pariwisata bagi pengunjung yang ingin melihat patung de Lesseps. Si tahun yang sama, Direktur Jenderal Otoritas Umum Mesir untuk Promosi Pariwisata di Port Said, Omaima Wali juga mengatakan akan menempatkan kembali patung Lesseps untuk meningkatkan pariwisata di Port Said.

"Nanti akan diberikan peralatan tata suara dan pencahayaan yang sesuai. Selain itu, film dokumenter tentang sejarah Mesir dan nasionalisasi kanal dapat diputar untuk merangsang pariwisata di provinsi tersebut. Kami sangat membutuhkan program seperti itu karena pariwisata adalah salah satu komponen pertumbuhan ekonomi di Port Said," kata Omaima Wali.

Pada 20 Februari 2014, Gubernur Port Said, Samah Qandil menyatakan bahwa prosedur pengembalian patung ke pangkalannya telah dimulai. Bukan hanya de Lesseps, dua patung lainnya Presiden Gamal Abdel Nasser dan Petani Mesir juga akan dibawa ke pangkalan. Sayangnya, meskipun pemerintah terus mengupayakan mendirikan kembali patung tersebut, namun penolakan dari masyarakat terus berdatangan dan semakin kuat.

Pada 5 Juli 2020, Persatuan Penulis Mesir mengeluarkan pernyataan yang mengecam kembalinya patung de Lesseps. "Semua intelektual dan penulis Mesir menganggap ini sebagai kejahatan terhadap rakyat Mesir yang heroik dan tantangan terhadap keinginan orang-orang pemberani kami."

Pada 6 Juli, anggota parlemen Mustafa Bakri mengatakan dalam pidatonya bahwa, de Lesseps adalah seorang penjajah dan patung seperti itu tidak boleh ditempatkan di gubernur Port Said.

Seorang aktivis hak asasi manusia, Haitham Wajih Tawila, mengumumkan telah mengajukan gugatan terhadap perdana menteri, menteri barang antik dan budaya, dan gubernur Port Said dalam kapasitas mereka untuk menunda pengembalian patung de Lesseps dan menyarankan untuk memindahkannya ke museum.

Kepala sektor museum di Kementerian Purbakala, Moamen Othman mengatakan kepada bahwa kementerian tidak ada hubungannya dengan keputusan untuk memindahkan patung tersebut. Menurutnya, negara yang berhak mengambil keputusan.

“Peran kami sebatas pengawasan teknis selama proses pemindahan, karena patung merupakan cagar budaya yang tidak bisa disia-siakan,” kata Othman.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement