Senin 26 Oct 2020 13:38 WIB

Israel Serukan Perlindungan Koleksi Museum Seni Islam

Ada 200 koleksi Museum Seni Islam terancam akan dilelang Melalui Sotheby's London.

Rep: umar mukhtar/ Red: Muhammad Subarkah
 Museum Seni Islam L.A. Mayer di Yerusalem.
Foto: Google.com
Museum Seni Islam L.A. Mayer di Yerusalem.

IHRAM.CO.ID,TEL AVIV -- Presiden Israel Reuven Rivlin menyerukan Israel untuk membantu mencegah penjualan bagian dari koleksi  di Museum Seni Islam L.A. Mayer di Yerusalem. Ini dia sampaikan beberapa hari sebelum sekitar 200 barang ditetapkan untuk dijual melalui Sotheby's London.

Rivlin mengaku prihatin pada masalah penjualan koleksi dari Museum Seni Islam, termasuk barang-barang yang lebih berharga dan penting daripada nilai moneternya. "Kita harus menemukan cara di bidang hukum dan internasional untuk mencegah penjualan aset budaya ini secara keseluruhan," kata dia dilansir di Times of Israel, Senin (26/10).

Dalam sebuah pernyataan, Rivlin mengatakan, Museum Seni Islam, yang tidak jauh dari kediaman resminya dan museum lainnya di seluruh Israel merupakan gudang aset spiritual dan material yang sangat besar untuk Israel dan Timur Tengah. "Kita harus melakukan semua yang kami bisa untuk mempertahankannya tetap di Israel," katanya.

Direktur Museum Seni Islam L.A. Mayer, Nadim Sheiban, menyadari bahwa ini adalah keputusan yang sulit. Dia pun tidak ingin merusak makna dan keberhargaan koleksi museum. Pertama kali dia tergerak untuk menjual bagian dari koleksi museum yaitu pada krisis keuangan 2017 yang mengurangi kepemilikan yayasan. Kali ini, pandemi virus corona pun menutup keputusannya.

Sheiban sendiri mengepalai museum yang didirikan oleh filantropis Inggris Vera Salomons 40 tahun lalu untuk menjembatani kesenjangan antara Yahudi dan Muslim itu. "Kami takut kehilangan museum dan terpaksa menutup pintu. Tetapi jika kami tidak bertindak sekarang, kami harus tutup dalam lima hingga tujuh tahun. Kami memutuskan untuk bertindak dan tidak menunggu runtuhnya museum," tutur dia.

Karya seni di dalam museum itu, tidak dianggap sebagai harta nasional. Sebab sebagian besar benda-benda yang dimilikinya dibawa dari seluruh dunia dan tidak ditemukan di Israel atau Palestina. Perbedaan itulah yang memungkinkan museum tersebut bisa menjual beberapa kepemilikannya secara legal dan Otoritas Kepurbakalaan Israel harus memberikan izin untuk setiap benda kuno yang meninggalkan negara itu.

Sebanyak 190 benda seni Islam dari penyimpanan museum dan 60 jam serta arloji dari koleksi permanennya saat ini dijadwalkan untuk dijual pada 27 dan 28 Oktober. Penjualan karya Islam, termasuk benda, manuskrip, permadani, dan karpet, diperkirakan menghasilkan total antara 4,13 juta dolar AS hingga 6,1 juta dolar AS untuk museum. Jam tangan, yang akan ditawarkan pada hari kedua lelang, diperkirakan memiliki nilai gabungan 2,2 juta sampai 3,4 juta dolar AS.

Keputusan museum untuk menjual barang-barang tersebut menimbulkan kemarahan otoritas arkeologi dan budaya Israel dan internasional. Pihak museum sedang menghadapi tekanan keuangan terutama akibat pandemi virus corona. Mereka terpaksa menjual barang-barang tersebut, agar tetap buka sama sekali.

Dermawan museum, Salomons, adalah seorang mahasiswa dan pemuja seni dan arsitektur Islam. Dia mengumpulkan koleksi kaligrafi Islam, perhiasan kerawang, fitur arsitektur Islam, dan menambahkan koleksi jam tangan berharga milik ayahnya, David Salomons, dari awal tahun 20-an.

Saat itu merupakan abad industrialis Inggris dan otoritas terkenal dunia pada pembuat jam Swiss Breguet. Sekitar 60 item dari koleksinya akan dijual pada hari kedua penjualan. Masih ada 160 objek dari koleksi jam di museum itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement