Senin 26 Oct 2020 17:29 WIB

Ulama Tabiit Tabiin yang Merasa Hajinya tak Diterima

Orang berakal adalah orang yang selalu menghisab dirinya.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Fakhruddin
Ulama Tabi’it Tabi’in yang Merasa Hajinya tak Diterima (ilustrasi)
Foto: RaesahAlharmin / HO via REUTERS
Ulama Tabi’it Tabi’in yang Merasa Hajinya tak Diterima (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Ulama generasi tabi’in dan tabi’it tabi’in terkenal dengan ketawadhuannya dalam menjalankan ibadah. Begitu tawadhunya mereka, sampai-sampai ibadahnya takut tak diterima dan kehadirannya membuat orang di sekitarnya kena murka Allah. 

Kisah ketawadhuan para ulama tabi’in dan tabi’it tabi’in ditulis Al-Imam Abil Faidl Muhammad bin Muhammad Al-Husaini Az-Zubaidi dalam kitabnya Ithaaf Sadatil Mutaqqin menceritakan bahwa Abu  Sulaiman rah.a berkata.

"Wahai Ahmad, telah sampai kepadaku bahwa barangsiapa melakukan maksiat ketika melaksanakan ibadah haji dan ia berkata, Labbaik, maka Allah SWT menjawabnya dengan Laa Labbaik (Labbaikmu tidak diterima) selama engkau tidak meninggalkan maksiat itu." 

Imam Ahmad rah.a berkata, "Aku pernah menunaikan ibadah haji bersama Abu Sulaiman rah.a ketika melihat pakaian ihram, ia tidak mengucapkan Talbiyah. Setelah berjalan kira-kira satu mil, ia jatuh pingsan. Setelah sadar dari pingsannya, ia berkata kepadaku, wahai Ahmad, Allah Subhanahu Wa Ta'Ala menurunkan wahyu kepada Nabi Musa AS yang berbunyi.

"Katakanlah kepada orang-orang zalim supaya mengurangi mengingat Aku, karena Aku akan mengingat mereka dengan laknat (karena bila seorang mengingat Allah maka Allah akan mengingatnya)."

Perkataan ini berdasarkan surah Al- Baqarah ayat 152. "Ingatlah kamu kepada-Ku maka Aku akan mengingatmu."

Masih dikisahkan Imam Abil Faidl Muhammad bin Muhammad Al-Husaini Az-Zubaidi bahwa Muthrif pernah berdoa seperti ini di padang Arafah.

"Ya Allah janganlah engkau menolak mereka semua jamaah haji hanya karena dosa-dosaku." Bakar Mazani rah.a berkata bahwa seorang wali, ketika melihat jumlah jamaah haji yang sangat banyak di padang arafah berkata, "Aku berpikir seandainya aku tidak ada di sini mereka semua pasti akan diampuni oleh Allah swt."

Bila Ali Zainal Abidin rah.a memakai pakaian ihram untuk menunaikan haji, maka wajahnya menjadi pucat, badannya gemetar, dan ia tidak kuasa mengucapkan Talbiyah. Dan bila ada orang yang bertanya kepadanya mengapa ia tidak mengucapkan Labbaik di permulaan ihram, ia menjawab.

" Aku takut jangan-jangan dijawab dengan Laa Labbaik (Kehadiranmu tidak diterima)."

Setelah melalui keadaan seperti itu, ia mengucapkan Labbaik dengan beratnya sehingga jatuh pingsan dan terjatuh dari atas untanya. Setelah siuman, ia mengucapkan Labbaik dengan keadaan seperti itu juga, dan seluruh amalan hajinya disempurnakan akan dalam keadaan seperti itu.

Syekh Muhammad Abdul Hay Al-Laknawi Al-Hindi Al-Hanafi dalam kitabnya Nuzhah Al-Fikr Fi Subah Adz-Dzikr mengatakan, di dalam kitab Sunan Tirmidzi ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Syaddad bin Aus r.a yang artinya. "Orang berakal adalah orang yang selalu menghisab dirinya dan senantiasa beramal untuk kehidupan akhirat. Dan orang bodoh adalah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan berharap keinginannya terpenuhi."

Meskipun demikian, kata Syekh Maulana Muhammad Zakariya Al-Kandahlawi dalam kitabnya Fadhilah Haji setiap orang Islam hendaknya selalu mengharap kasih sayang Allah SWT. Karena kasih sayang Allah SWT lebih luas dibandingkan dosa-dosa kita.

Menurutnya, ada sebuah doa Rasulullah yang berbunyi. "Ya Allah ampunan-Mu lebih luas daripada dosa-dosaku, dan rahmat-Mu lebih aku harapkan daripada amalan baikku." 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement