Rabu 28 Oct 2020 08:04 WIB

Pemerintah RI Segara Respons Pernyataan Macron

Emmanuel Macron perlu belajar dari Putin

 Umat Muslim Pakistan menggelar aksi protes mengecam sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron terkait karikatur yang menghujat Nabi Muhammad SAW serta menyerukan aksi boikot produk Prancis di Karachi, Selasa (27/10).
Foto: EPA-EFE/Shahzaib Akber
Umat Muslim Pakistan menggelar aksi protes mengecam sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron terkait karikatur yang menghujat Nabi Muhammad SAW serta menyerukan aksi boikot produk Prancis di Karachi, Selasa (27/10).

 

JAKARTA--Pimpinan Lembaga Kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), dr Sarbini Abdul Murad, turut bersuara menanggapi pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Sarbani meminta Pemerintah Indonesia dapat segara merespon dan mengambil sikap atas pernyataan Presiden Prancis dan mendesak Macron menyampaikan permintaan maafnya kepada umat Islam. 

 

"Hal ini agar polemik yang dapat menimbulkan perpecahan kerukunan umat beragama tidak berlarut," pinta Sarbani melalui keterangan tertulisnya kemarin malam.

 

Sarbani mengecam pernyataan Marcon yang menyebutkan Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia. Pernyataan ini kata dia sebagai pernyataan yang tidak bertanggung jawab yang dapat memecah belah kerukunan umat beragama di dunia. 

 

"Kami turut menyayangkan sekaligus mengecam pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron," katanya.

 

Menurutnya yang disampaikan Macron Itu adalah pernyataan yang tidak bertanggung jawab. Macron telah menyebarkan kesalahpahaman terhadap Islam dan penyataannya itu dapat memecah belah kerukunan umat beragama di dunia.

 

"Macron mestinya bijak dalam menilai Islam," tambahnya.

 

Ia menjelaskan Macron mestinya bisa belajar dari sosok Vladimir Putin, Presiden Rusia yang bijak dalam melihat Islam. Meski di Rusia terjadi pemberontakan separatis Chechen, tak berarti Putin menyudutkan Islam secara keseluruhan. 

 

Sementara Macron sebagai orang nomor satu di Prancis memilih membiarkan dan menolak untuk melarang keputusan media di negara tersebut, Charlie Hebdo yang menerbitkan kembali kartun Nabi Muhammad pada September 2020 lalu dengan alasan kebebasan berekspresi.

 

Suatu sikap pemimpin negara yang sangat melukai dan menuai reaksi keras dari berbagai kalangan umat Islam di seluruh dunia. Hal ini berbahaya karena menjadi modus menyebarkan kebencian terhadap Islam.

 

"Untuk itu, MER-C meminta kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk segera meminta maaf kepada umat Islam dunia. Kami pikir meminta maaf adalah jalan yang bijak, serta melarang kartun yang menghina Nabi Muhammad," tegas Sarbini.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement