Rabu 28 Oct 2020 13:01 WIB

Wagub: Pembukaan Wisata di Bali Harus Utamakan Protokol

Wagub minta warga Ubud membuka kembali tempat wisata dan usahanya.

Seniman yang tergabung dalam kelompok Jegog Suar Agung menampilkan kesenian tradisional gamelan Jegog saat Lokaswara Festival di Ubud, Gianyar, Bali, Sabtu (19/9/2020). Festival musik yang juga disiarkan secara live streaming tersebut diharapkan dapat menghidupkan kembali industri pariwisata nasional khususnya di Pulau Dewata dan menghibur masyarakat untuk menikmati pertunjukkan musik secara aman di tengah pandemi COVID-19.
Foto: FIKRI YUSUF/ANTARA
Seniman yang tergabung dalam kelompok Jegog Suar Agung menampilkan kesenian tradisional gamelan Jegog saat Lokaswara Festival di Ubud, Gianyar, Bali, Sabtu (19/9/2020). Festival musik yang juga disiarkan secara live streaming tersebut diharapkan dapat menghidupkan kembali industri pariwisata nasional khususnya di Pulau Dewata dan menghibur masyarakat untuk menikmati pertunjukkan musik secara aman di tengah pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengingatkan dalam setiap pembukaan objek wisata di daerah setempat di tengah pandemi Covid-19 harus mengutamakan protokol kesehatan.

"Kami setuju dengan dibukanya beberapa objek wisata yang ada di Ubud (Kabupaten Gianyar-red). Namun tetap dengan syarat mengutamakan dan menyiapkan protokol kesehatan baik, bagi pengunjung dan juga staf setempat," kata Wagub Bali saat menerima audiensi dari Bendesa Adat (pimpinan desa adat) Padangtegal, Ubud.

Menurut dia, dengan telah menyiapkan protokol kesehatan yang baik, tentunya objek wisata tidak menjadi klaster baru penyebaran Covid-19. Wagub yang akrab dipanggil Cok Ace itu pun mengapresiasi rencana pembukaan objek wisata Monkey Forest yang terletak di Desa Padangtegal, Ubud, Kabupaten Gianyar mulai 5 November mendatang.

Menurut Cok Ace, selama masa pandemi, Ubud seakan menjadi "padam". Karena sebagian besar tempat kunjungan bagi wisatawan terpaksa memilih tutup karena minimnya wisatawan yang ada di Bali.

Oleh karena itu, pihaknya meminta agar warga Ubud yang memiliki rumah dan juga usaha di seputaran Ubud untuk membuka pintu "angkul-angkul atau kori" tempatnya, sehingga nampak kehidupan yang seperti biasanya.

"Tutupnya akomodasi di Ubud membuat wisatawan domestik yang ada di Bali memilih berpindah ke tempat yang lain, sehingga hal ini tentu akan memengaruhi kondisi Ubud di masa mendatang khususnya pasca-pandemi," ucap Cok Ace yang juga Ketua PHRI Bali itu.

Sementara itu, Bendesa Adat Padangtegal, Kecamatan Ubud, Gianyar, I Made Gandra mengatakan pihaknya memilih membuka Monkey Forest sebagai upaya memperbaiki tatanan kehidupan komunitas yang ada di Monkey Forest terutama sejumlah hewan yang juga harus mendapat perhatian.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement