Rabu 28 Oct 2020 19:35 WIB

Muslim Amerika Diperingatkan tak Pergi ke Prancis

Prancis diminta akhiri kampanye kefanatikan yang irasional terhadap warga Muslimnya.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Muslim Amerika Diperingatkan tidak Pergi ke Prancis. Sejumlah orang mengenakan masker menikmati sinar matahari di depan Menara Eiffel pada akhir pekan pertama setelah dua bulan diberlakukannya lockdown di Paris, Prancis,Ahad (17/5). Prancis mulai melongarkan lockdown secara bertahap di tengah pandemi COVID-19.
Foto: EPA-EFE / Julien de Rosa
Muslim Amerika Diperingatkan tidak Pergi ke Prancis. Sejumlah orang mengenakan masker menikmati sinar matahari di depan Menara Eiffel pada akhir pekan pertama setelah dua bulan diberlakukannya lockdown di Paris, Prancis,Ahad (17/5). Prancis mulai melongarkan lockdown secara bertahap di tengah pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) memperingatkan Muslim Amerika tidak bepergian ke Prancis. Sebab dikhawatirkan mereka akan menghadapi bahaya dan diskriminasi di sana.

Organisasi advokasi dan hak sipil Muslim terbesar di negara itu mengeluarkan nasihat perjalanan di situsnya. Imbauan ini dikeluarkan di tengah kampanye 'munafik dan berbahaya' dari kefanatikan Islamofobia yang menargetkan Muslim Prancis, masjid, dan organisasi Islam.

Baca Juga

Hal itu merujuk serangan penikaman rasis terhadap dua wanita Muslim di Paris dan larangan hukum terhadap pakaian keagamaan. Dalam sebuah pernyataan, Direktur Eksekutif Nasional CAIR Nihad Awad meminta pemerintah Prancis mengakhiri kampanye kefanatikan yang irasional, ilegal, dan munafik terhadap warganya sendiri.

"Setiap orang di Prancis harus memiliki hak menjalankan agama mereka, dan setiap orang di seluruh dunia memiliki hak memutuskan produk mana yang mereka beli," kata Awad dilansir di Anadolu Agency, Rabu (28/10).

Presiden Prancis Emmanuel Macron baru-baru ini memicu kemarahan di seluruh dunia Muslim dengan menuduh Muslim Prancis melakukan separatisme dan menggambarkan Islam sebagai agama dalam krisis. Ini bertepatan dengan pembunuhan seorang guru sekolah menengah Prancis yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad yang menghujat kepada murid-muridnya saat diskusi kelas tentang kebebasan berbicara.

Macron justru memberi penghormatan kepada guru tersebut dan mengatakan Prancis tidak akan melepaskan kartun tersebut. Beberapa negara Arab serta Turki, Iran, dan Pakistan telah mengecam Macron, dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pemimpin Prancis itu membutuhkan perawatan mental.

"Prancis tidak dapat memuji kebijakan kebebasan berbicara sambil menghukum Muslim Prancis karena terlibat dalam kebebasan berbicara, juga tidak dapat Prancis mengeklaim sebagai mercusuar kebebasan sambil menyerukan kediktatoran untuk melarang warga Muslim mereka memboikot produk Prancis," kata Awad.

https://www.aa.com.tr/en/americas/cair-warns-american-muslims-against-traveling-to-france/2021482

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement