Jumat 30 Oct 2020 07:28 WIB

Mahathir Mohamad Kometar Keras Dalam Tweeter Soal Macron

Prihatin akan pernyataan Macron yang bisa berbuntut membunuh orang adalah kebebasan

Mahatir Muhammad
Foto: AP
Mahatir Muhammad

IHRAM.CO.ID, -- Mantan Perdana Menteri Malaysa itu berisiko memicu kebencian setelah dia memposting tweet yang mengatakan Muslim berhak membunuh jutaan Orang Prancis.

Aliran pesannya diposting pada Kamis hanya beberapa jam setelah tiga orang tewas dalam serangan teror yang diduga di kota Nice, Prancis.

Dr Mahathir Mohamad, yang mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada Februari, mengecam Prancis karena "menyalahkan semua Muslim" setelah pemenggalan kepala seorang guru yang menunjukkan kartun kontroversial kepada murid-muridnya.

Dalam tweeter Mahatir menulis:

--------------------

 

12. Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Perancis untuk pembantaian di masa lalu.

12. Muslims have a right to be angry and to kill millions of French people for the massacres of the past.

— Dr Mahathir Mohamad (@chedetofficial) October 29, 2020

Dr Mahathir Mohamad (@chedetofficial) 29 Oktober 2020

---------------------

Dia memposting tweet pada hari Kamis setelah serangan di gereja Notre Dame kota Prancis selatan di mana polisi memiliki satu orang dalam tahanan.

Twitter awalnya menandai tweetnya tentang membunuh "jutaan orang Prancis" sebagai "mengagungkan kekerasan" tetapi tidak menghapusnya, meskipun mengatakan kontennya "memuliakan kekerasan". Namun tak lama kemudian, Twitter menghapus postingan tersebut, yang katanya melanggar aturan.

Christian Estrosi, walikota Nice, mengatakan serangan itu tampaknya merupakan insiden teroris.

Serangan itu terjadi kala Sexton, seorang anggota staf awam yang bertanggung jawab atas pemeliharaan gereja, baru saja membuka gereja pada hari ketika serangan itu terjadi.

Kemudian, seorang pria bersenjatakan pisau memotong leher ayah dua anak, memenggal sebagian kepala seorang wanita tua, dan melukai seorang wanita ketiga, menurut sumber polisi kepada Reuters.

"Sexton dan wanita tua itu meninggal di tempat, wanita ketiga berhasil keluar dari gereja ke kafe terdekat, tetapi dia meninggal karena luka-lukanya," tambah Estrosi.

Gil Florini, seorang pastor Katolik di Nice, mengatakan bahwa sexton itu berusia akhir 40-an atau awal 50-an dan memiliki dua anak.

"Dia melakukan pekerjaannya sebagai sexton dengan sangat baik. Dia orang yang sangat baik," katanya.

Insiden terbaru ini datang saat Prancis masih belum pulih dari pemenggalan kepala Paty yang dilakukan oleh seorang pria asal Chechnya.

Penyerangnya, Abdoulakh Anzorov, mengatakan dia ingin menghukum guru karena mempertunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya yang diterbitkan dalam majalah satir Charlie Hebdo.

Sejak pembunuhan Paty, pejabat Prancis telah menegaskan kembali hak untuk menampilkan kartun, dan gambar-gambar itu telah ditampilkan pada pawai yang diadakan sebagai solidaritas dengan guru yang meninggal itu.

Ini telah memicu luapan kemarahan di beberapa bagian dunia Muslim, dengan beberapa pemerintah menuduh Macron mengejar agenda anti-Islam.

Dalam tweet selanjutnya pada hari Kamis, Mahathir menuduh Macron sebagai "primitif" dan "tidak beradab".

"Macron tidak menunjukkan bahwa dia beradab," tweetnya.

"Dia sangat primitif dalam menyalahkan agama Islam dan Muslim atas pembunuhan guru sekolah yang menghina. Itu tidak sesuai dengan ajaran Islam."

Di Malaysia, kelompok Muslim termasuk partai Islam PAS, kelompok moderat Gerakan Pemuda Muslim Malaysia dan Ikatan Muslimin Malaysia telah menyerukan pemboikotan barang-barang dari Prancis.

Dr Mahathir, anggota Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), menjadi perdana menteri negara itu pada 2018 hingga awal tahun ini. Dia sebelumnya menjadi perdana menteri dari tahun 1981 hingga 2003.

UMNO adalah partai politik nasional terbesar dan utama di Malaysia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement