Jumat 30 Oct 2020 07:33 WIB

Hakim Ziyech, Si Anak Nakal yang Sukses di Eropa

Ziyech merupakan pemain pertama yang dibeli Frank Lampard pada Februari 2020.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Muhammad Akbar
 Hakim Ziyech
Foto: AP/Alastair Grant/Pool AP
Hakim Ziyech

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Hakim Ziyech akhirnya mencetak gol perdananya bersama Chelsea, setelah untuk pertama kalinya jadi starter dalam dua penampilannya untuk the Blues. Ziyech tampil luar biasa di sayap kanan.

Mampu menciptakan peluang dan juga mencetak gol untuk membawa Chelsea unggul 3-0, sebelum laga berakhir empat gol tanpa balas saat mengalahkan Krasnodar, di fase grup Liga Champions, Kamis (29/10).

Ziyech merupakan pemain pertama yang dibeli Frank Lampard pada Februari 2020. Negosiasi yang alot membuat klub asal London itu gagal mendapatkan pemain internasional Maroko tersebut bergabung sejak pertengahan musim lalu. Ziyech kemudian baru bisa didaftarkan jadi pemain Chelsea musim ini.

Sayang, cedera membuatnya terlambat membela Chelsea, sehingga baru tampil dua pertandingan musim ini. Ketertarikan Chelsea mendatangkan pemain muslim tersebut tak lepas dari performa impresifnya dua musim lalu, ketika membawa Ajax sampai semifinal Liga Champions.

Ziyech menyumbang gol di Liga Champions pada 13 Februari 2019, saat menjebol gawang Real Madrid pada babak 16 besar. Ia kemudian mencetak gol lagi di leg kedua saat membantai Los Blancos 4-1. Golnya yang ketiga di Liga Champions terjadi saat semifinal leg kedua, ketika Ajax dikalahkan Tottenham 3-2 di semifinal.

Sejak saat itu, ia mulai rajin mencetak gol di Liga Champions. Musim lalu, pemain berusia 27 tahun itu mencetak gol ke gawang Valencia dan Lillie di fase grup Liga Champions. Kini, gol pertamanya untuk Chelsea pun lahir dalam pertandingan Liga Champions. Maka, harapan Chelsea pun cukup tinggi terhadap pemain yang diberi seharga 40 juta euro tersebut.

Namun, kesuksesan Ziyech saat ini diawali dari masa kecilnya yang tragis. Lahir dan besar di Dronten, Belanda tengah, Ziyech menjalani awal kehidupan yang berat. Ayahnya meninggal saat usianya masih 10 tahun.

''Ayah saya tidur di kasur di ruang tamu. Dia sakit cukup lama, semakin buruk dan buruk. Tengah malam, saya tengah keluarga menangis di bawah. Saya pergi ke ruang tamu. Ayah saya sudah meninggal,'' ungkap Ziyech, dikutip dari //Planetfootball//, Kamis (29/10).

Ziyech merupakan anak paling muda dari sembilan bersaudara. Ia kemudian dibesarkan oleh kakak dan ibunya. Ia meninggalkan Dronten pada usia 14 tahun, dan bergabung dengan Heerenveen. Kariernya pun penuh drama. Dua kakaknya gagal jadi pesepak bola karena dipenjara akibat kasus pencurian.

Pada masa itu, Ziyech punya masalah perilaku yang nakal, seperti merokok, mabuk, dikeluarkan dari sekolah dan kadang bolos latihan. Jalan hidupnya berubah setelah bertemu mentornya, pemain profesional pertama asal Maroko yang main di Belanda, Aziz Doufikar.

Setelah lima tahun di Heerenveen, dia melakoni debutnya di kualifikasi Liga Europa lawan Rapid Bucharest pada Agustus 2012. Di bulan yang sama Ziyech juga membuat penampilan di Eredivisi. Musim itu ia langsung bersinar dengan mencetak 11 gol dalam 36 pertandingan di semua kompetisi.

Setelah itu, Ziyech pindah ke Ajax. Kariernya makin bersinar di klub asal ibu kota Belanda tersebut. Ziyech berkontribusi pada 89 gol dan assist dalam 109 penampilan untuk klub. Di klub inilah bakatnya makin terasah.

Ziyech jadi salah satu dari tiga pemain Ajax yang paling diincar, bersama Matthijs de Ligt dan Frenkie De Jong. Sempat hampir bergabung ke Sevilla, namun Ziyech akhirnya berlabuh ke Stamford Bridge.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement