Senin 02 Nov 2020 14:04 WIB

Pengusaha Turki Dukung Erdogan Boikot Produk Prancis

Presiden Erdogan lebih dahulu menyuarakn boikot produk Prancis

Rep: Christianingsih/ Red: Elba Damhuri
File foto 20 Januari 2020, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, kiri dan Presiden Prancis Emmanuel Macron berdiri, saat foto bersama pada konferensi tentang Libya di kanselir di Berlin, Jerman. Prancis telah menarik duta besarnya untuk Turki setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Presiden Emmanuel Macron membutuhkan perawatan kesehatan mental dan membuat komentar lain yang digambarkan pemerintah Prancis sebagai tindakan kasar yang tidak dapat diterima. Erdogan mempertanyakan kondisi mental timpalan Prancisnya saat mengkritik sikap Macron terhadap Islam dan Muslim. (Foto AP / Michael Sohn, File)
Foto: AP / Michael Sohn
File foto 20 Januari 2020, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, kiri dan Presiden Prancis Emmanuel Macron berdiri, saat foto bersama pada konferensi tentang Libya di kanselir di Berlin, Jerman. Prancis telah menarik duta besarnya untuk Turki setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Presiden Emmanuel Macron membutuhkan perawatan kesehatan mental dan membuat komentar lain yang digambarkan pemerintah Prancis sebagai tindakan kasar yang tidak dapat diterima. Erdogan mempertanyakan kondisi mental timpalan Prancisnya saat mengkritik sikap Macron terhadap Islam dan Muslim. (Foto AP / Michael Sohn, File)

IHRAM.CO.ID, ISTANBUL - Seruan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk memboikot produk Prancis karena sikapnya yang mendorong Islamofobia disambut baik oleh dunia bisnis Turki.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menggambarkan Islam sebagai agama yang berada dalam krisis dan mengumumkan rencana untuk membentuk undang-undang yang lebih ketat guna menangani apa yang disebutnya "separatisme Islam".

Baca Juga

Sejumlah negara Arab, serta Turki, Iran dan Pakistan, telah mengutuk sikap Macron terhadap Muslim dan Islam dan menyerukan boikot produk asal Prancis.

Kaan mengatakan pejabat Prancis harus berubah dari bersikap tidak adil untuk mencegah kerusakan hubungan politik, budaya, dan perdagangan Turki dan Prancis. 

Abdurrahman Kaan, Ketua Asosiasi Industrialis dan Pengusaha Independen (MUSIAD), mengatakan kartun Nabi Muhammad tidak bisa diterima sebagai kebebasan berpikir atau berekspresi.

Dia mengatakan serangan sistematis dengan menghina simbol-simbol agama Islam dalam diri Nabi Muhammad berlanjut di majalah Prancis dan mulai menyerang Erdogan.

"Sikap separatis, yang menyakitkan, berdasarkan ketidaktahuan dan mengangkat Islamofobia, sama sekali tidak dapat diterima. Kami menyatakan bahwa kami mendukung reaksi yang sah dan tepat dari presiden kami dalam hal ini," kata Kaan kepada Anadolu Agency.

Pesan para pemimpin bisnis 

Orhan Aydin, ketua Asosiasi Pengusaha Singa Anatolia (ASKON), mengatakan ekspresi Macron didasarkan pada ide-ide yang disampaikan oleh pemimpin Prancis itu.

"Menghentikan Presiden Prancis Emmanuel Macron berarti menghentikan Islamofobia, fasisme, dan kolonialisme," ujar dia, menambahkan bahwa boikot harus dilaksanakan oleh masyarakat lain yang menentang ketiga hal tersebut.

Gursel Baran, kepala Kamar Dagang Ankara, mengatakan masyarakat Turki tidak bisa acuh tak acuh terhadap penganiayaan Muslim, baik di Prancis maupun di mana pun di dunia.

Bendevi Palandoken, kepala Konfederasi Pedagang dan Pengrajin Turki, juga menyuarakan dukungan untuk seruan boikot Erdogan. "Masyarakat kita harus berpartisipasi dalam kampanye boikot dan tidak boleh meminta produk asal Prancis dari pedagang kita," kata dia.

Ketua Bursa Komoditi Istanbul Ali Kopuz mengatakan Prancis secara terbuka memusuhi Islam dan Turki. "Kita harus memboikot barang-barang Prancis. Ini akan menjadi respons paling tepat yang akan kita berikan," tegas dia.

sumber : Anadolu/Republika.co.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement