Senin 02 Nov 2020 14:49 WIB

Pemprov Tak Naikkan UMP Khawatir Industri Makin Terpuruk

60 persen industri dari semua industri di indonesia ada di Jabar.

Rep: arie lukihardianti/ Red: Hiru Muhammad
PT Nokha Internasional Grup justru membuka pabrik pertama mereka di Kampung Bojong Buah Desa Pangauban, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Kamis (15/10). Bahkan, pabrik yang mempekerjakan 100 orang itu, di antaranya merekrut para karyawan korban PHK.
Foto: Istimewa
PT Nokha Internasional Grup justru membuka pabrik pertama mereka di Kampung Bojong Buah Desa Pangauban, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Kamis (15/10). Bahkan, pabrik yang mempekerjakan 100 orang itu, di antaranya merekrut para karyawan korban PHK.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Gubernur Jabar, Ridwan Kamil menyatakan, kebijakannya tak menaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) sudah berdasarkan pertimbangan. "Itu kan sesuai dengan apa namanya, surat edaran, kenapa karena 60 persen industri di Indonesia ada di Jawa Barat, dan saat covid yang paling terdampak itu adalah manufaktur," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan, Senin (2/11).

Jadi, menurut Emil, bisa dibayangkan, 60 persen industri dari semua industri di indonesia ada di Jabar. "Nah hasil kajiannya, dan kesepakatannya, kalau kenaikan, si manufaktur yang sudah terpuruk ini akan lebih terpuruk lagi, sehingga nanti ujungnya PHK, kan kasian lah justru, lebih terpuruk lagi," katanya.

Makanya, kata Emil, ia memohon dipermaklumkan. "Dan tidak bisa diperbandingkan, karena  tadi, di Jateng begitu, di DKI ada syarat kan, karena kami industrinya mayoritas ada di Jabar," paparnya.

Sebelumnya, menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jabar Rachmat Taufik Garsadi, untuk menaikkan UMP dibutuhkan perhitungan mengacu pada survei kebutuhan hidup layak (KHL), hasil pertumbuhan ekonomi provinsi, dan angka inflasi. Namun, terkait penetapan ini Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar belum juga meluncurkan data terbaru. "Nah sampai saat ini kami belum mendapatkan rilis terbaru dari BPS. Karena mereka baru akan meriils data inflasi pada 2 November dan pertumbuhan ekonomi pada 4 November," ujar Taufik dalam konferensi pers, Sabtu (31/10).

Taufik mengatakan, dengan belum adanya data tersebut Pemprov Jabar coba mengacu pada data terakhir yakni triwulan II 2020. Berdasarkan data BPS Jabar, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada triwulan II 2020 mengalami kontraksi sebesar -5,98 persen (yoy). Kontraksi ini lebih dalam dibandingkan nasional yang juga mengalami kontraksi sebesar -5,32 persen (yoy).

Sedangkan untuk nilai inflasi, pada triwulan II Jabar tetap terkendali dan berada pada 2,21 persen (yoy). Realisasi tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan II 2019 yang mencapai sebesar 3,48 persen (yoy) maupun triwulan I 2020 yang sebesar 3,94 persen (yoy).

Dengan data yang cenderung negatif, kata dia, maka UMP Jabar sebenarnya bisa saja turun. Namun, karena tidak ingin menurunkan pendapatan para pekerja di tengah pandemik COVID-19, Pemprov Jabar kemudian mengacu pada surat edaran Menakertrans melalui Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Nomor M/11/HK.04/X/2020 Tentang Penetapan Upah Minimum Tahun 2021 Pada Masa Pandemik Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)."Ini dasarnya dari penetapan UMP Jabar untuk 2021 (yang tidak naik)," kata Taufik.

Pemprov Jawa Barat, kata dia, menetapkan UMP Jawa Barat pada 2020 sebesar Rp 1.810.351. UMP itu tertuang dalam Surat Keputusan Gubernur Nomor 561/Kep.1046-Yanbangsos/2018 tentang UMP Jabar 2020. Dari angka ini, Taufik berharap pemerintah kabupaten/kota bisa mengikutinya. 

UMP ini, menurutnya, akan menjadi dasar dalam penetapan upah mininum kabupaten/kota (UMK) di 27 daerah di Jabar. "Jangan ada lagi upah minimum kabupaten/kota di bawah UMP," katanya.

Terkait dengan kemungkinan adanya kenaikan UMK, Taufik tidak menutup hal tersebut. Dia menyerahkan kebijaksanaan kepada pemerintah daerah untuk menetapkannya. Namun, batas akhir dalam penyampaian UMK tersebut pada 21 November 2020. Pemda harus bisa menjelaskan secara rinci jika memang ingin menaikkan upah pekerja di daerahnya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement