Rabu 04 Nov 2020 16:21 WIB

Begal Sepeda Marak, Kriminolog: Motifnya Ekonomi

Pandemi memaksa pelaku untuk merencanakan dan melakukan pembegalan.

Rep: Ali Mansur/ Red: Friska Yolandha
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sudjana menyampaikan rilis kasus begal pesepeda di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (3/11/2020). Polda Metro Jaya berhasil mengungkap 6 kasus begal pesepeda periode September hingga November 2020 dengan jumlah tersangka sebanyak 10 orang.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sudjana menyampaikan rilis kasus begal pesepeda di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (3/11/2020). Polda Metro Jaya berhasil mengungkap 6 kasus begal pesepeda periode September hingga November 2020 dengan jumlah tersangka sebanyak 10 orang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tangah pandemi Covid-19 kasus pembegelan yang menargetkan pesepeda atau pegowes marak terjadi. Para pelaku tidak pandang bulu dalam memangsa korban, rata-rata yang menjadi sasaran pembegal adalah barang berharga milik korban, salah satunya adalah telepon genggam atau handphone. Hingga kini Polda Metro Jaya menerima 12 laporan polisi terkait begal sepeda.

Menurut Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Arthur Josias Simon, menilai mayoritas motif para pelaku melakukan pembegalan adalah karena ekonomi. Apalagi hasil pemeriksaan para tersangka yang sudah ditangkap mengaku hanya pengangguran. "Itu kebanyakan motif ekonomi. Situasi pandemi ini kemungkinan besar (pelaku) melihat peluang," ungkap Simon saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (4/11).

Baca Juga

Kemudian, para pegowes kerap lalai saat menaruh barang berharganya seperti handphone saat bersepeda. Sehingga kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh para pelaku yang dari awal memang sudah meniat untuk membegal. Terkadang, kata Simon, para pelaku juga melakukan perencanaan sebelum beraksi.

"Biasanya adanya kesempatan. Kesempatan itu biasanya perpaduan antara kelengahan korban kemudian kesempatan pelaku itu melihat lemahnya pengawasan situasi tersebut," tutur Simon

Oleh karena itu Simon mengingatkan untuk para pegowes, selain bersepeda untuk berolahraga agar sehat dan bugar, mereka juga harus memperhatikan keselamatan dirinya saat bersepeda. Apalagi pegowes kerap membawa barang berharga seperti handphone dan ditaruh di tempat yang mudah untuk dirampas. Ditambah yang digunakan adalah sepeda impor yang mahal, bahkan puluhan juta.

"Makanya sekarang olahraga sepeda di tengah pandemi sangat viral. Upaya kesehatan itu harus dibarengi dengan pengamanan. Baik keamanan pribadi, bareng-bareng. Olahraga itu bukan hanya untuk sehat saja tetapi juga untuk keselamatan," ungkap Simon.

Simon berharap dengan maraknya pembegalan ini, pegowes bisa lebih waspada di jalan. Dia juga menduga para pelaku tidak mudah lagi melakukan aksinya dengan masifnya pemberitaan fenomena begal sepeda ini.

Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Nana Sudjana mengimbau agar masyarakat yang gemar bersepeda tetap waspada. Mengingat akhir-akhir ini, pembegalan yang menempatkan pegowes sebagai targetnya semakin marak. Oleh karena itu, ia meminta agar pegowes tidak memancing para pelaku untuk beraksi.

"Saya harapkan, hindari juga untuk bersepeda pada malam hari. Ini malam hari suasana agak gelap, ini juga akan memancing para pelaku ini, untuk juga melakukan aksi pembegalan tersebut," minta Nana dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (3/11).

Kemudian, lanjut Nana, untuk mencegah terjadinya tindak kejahatan pembegalan, polisi melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi kasus-kasus begal sepeda yang tengah marak terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Upaya tersebut di antaranya upaya Preemtif, Preventif, dan Represif. Kemudian jajaran Polda Metro Jaya juga telah membentuk tim khusus untuk menangani fenomena pembegalan baru ini.

"Seringnya terjadi begal sepeda, Polda Metro Jaya langsung bereaksi membentuk tim khusus, untuk melakukan upaya preemtif, preventif, dan represif," ungkap Nana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement