Kamis 05 Nov 2020 17:52 WIB

Yang Dirasakan Muslim Prancis Usai Ucapan Macron dan Teror

Umat Islam menungkapkan perasaan mereka usai krisis Prancis

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Umat Islam menungkapkan perasaan mereka usai krisis Prancis. Suasana masjid di Prancis yang menghadapi vandalisme
Foto: google.com
Umat Islam menungkapkan perasaan mereka usai krisis Prancis. Suasana masjid di Prancis yang menghadapi vandalisme

REPUBLIKA.CO.ID, ARGENTEUIL— Naouelle Garnoussi adalah seorang Muslim taat yang dibesarkan di Prancis oleh keluarga kakek dan neneknya, satu di antara mereka adalah Muslim dan lainnya Katolik. 

Wanita 36 tahun ini sebelumnya mengaku hidup secara normal, sholat lima waktu setiap harinya, sekaligus menerapkan nilai-nilai sekuler Prancis, memisahkan agama dari negara dalam kehidupan publik, tanpa ada kendala. 

Baca Juga

Namun setelah rentetan serangan yang mengaitkan Muslim, Garnoussi mulai merasa semakin terasing di negaranya sendiri. Rekan senegaranya cenderung melihatnya sebagai sosok yang berbeda. Sikap pemerintah belakangan ini juga membuatnya bertanya-tanya, apakah Muslim benar-benar setara di mata pemerintah?

“Nenek saya orang Prancis. Nenek buyut saya adalah orang Prancis, dia dipanggil Antoinette. Anda tidak mendapatkan lebih banyak bahasa Prancis dari itu, tetapi terkadang saya dibuat merasa saya bukan lagi orang Prancis, hanya karena saya seorang Muslim," kata Garnoussi kepada Reuters di apartemennya di Argenteuil, Paris. "Sikap beberapa orang terhadap Muslim tampak 'mengeras',” ujarnya menambahkan.

Dia juga menceritakan sebuah pengalaman tidak mengenakkan yang menimpanya kala dia tidak sengaja menunjukkan keislamannya. “Kadang-kadang saya lupa mematikan notifikasi telepon saat adzan berbunyi. Suatu hari saya diludahi (ketika itu terjadi), itu sangat buruk," ujarnya. 

Garnoussi mengaku bingung atas keputusan majalah Charlie Hebdo pada September lalu untuk menerbitkan kembali karikatur Nabi Muhammad SAW yang sebelumnya memantik kemarahan di seluruh dunia Muslim ketika mereka pertama kali muncul di sebuah surat kabar Denmark pada 2005. 

Beberapa pekan setelah publikasi ulang, kabar bahwa seorang remaja Chechnya memenggal kepala seorang guru sekolah menengah yang telah menggunakan kartun di kelas tentang ekspresi kebebasan muncul dan membangkitkan respon publik. 

Disisi lain, Pemerintah Prancis merilis pernyataan yang membela karikatur tersebut, dengan mengatakan bahwa nilai-nilai sekuler negara itu memungkinkan penistaan agama.

Bagi Garnoussi, publikasi mereka adalah tindakan provokatif yang disengaja yang berisiko mempersulit hidup banyak dari lima juta Muslim Prancis, termasuk dia, yang mengutuk kekerasan atas nama agama. "Itu menyakiti kami dan membuat kami merasa Negara tidak mencintai kami," katanya tentang tindakan Charlie Hebdo.

Sementara itu, Presiden Emmanuel Macron menanggapi pembunuhan Samuel Paty dan para korban serangan di Nice beberapa hari kemudian dengan janji untuk menindak apa yang dia sebut sebagai 'musuh dalam selimut'. 

Sejauh ini Macron telah menutup sebuah masjid di tepi Paris, membubarkan setidaknya tiga asosiasi Muslim yang diduga mengobarkan pandangan ekstremis dan berjanji untuk mempercepat undang-undang untuk melawan perilaku Islam yang bertentangan dengan nilai-nilai sekuler Prancis. 

Namun untuk menyelesaikan kesalahpahaman dunia Muslim terhadapnya, Macron menekankan dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera bahwa dia tidak mendukung penghinaan Nabi dan sikap Prancis yang sama sekali tidak anti-Muslim. 

Macron bahkan berencana menciptakan "Islam Prancis", atau yang baru-baru ini dia sebut sebagai "Islam yang Tercerahkan" yang sesuai dengan nilai-nilai sekuler negaranya.

Meski begitu, Garnoussi mengatakan bahwa konsep Islam ala Macron sangat tidak masuk akal, bahkan telah melampaui batas. “Jikapun saya di Jepang, Papua Nugini atau Prancis, saya akan sholat lima kali sehari dengan cara yang sama, menggunakan sajadah yang sama, dan menghadap Makkah, mungkin hanya posisinya saja yang berbeda (tergantung pada letak negara)," ujarnya.

Sumber: https://uk.reuters.com/article/uk-france-security-muslims/in-wake-of-attacks-one-french-muslim-asks-does-my-country-love-me-idUKKBN27K21Z

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement