Kamis 05 Nov 2020 23:36 WIB

Wapres: Banyak Da'i Kurang Pemahaman Utuh Masalah Keagamaan

Para da'i perlu terus meningkatkan kompetensi ilmu keagamaan.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andri Saubani
Wakil Presiden Ma
Foto: KIP/Setwapres
Wakil Presiden Ma

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin menilai, perlunya para da'i berdakwah secara profesional dan terus meningkatkan kompetensi ilmu keagamaan. Ma'ruf mengatakan demikian, lantaran banyak da'i dalam menyampaikan dakwahnya kurang memiliki pemahaman utuh soal keagamaan.

"Banyak sekali da'i-da'i yang sebenarnya kurang memiliki potensi tapi karena semangat yang tinggi, kemudian dia menyampaikan dakwahnya sehingga dia seringkali dakwahnya tidak mencerminkan pemahaman yang utuh soal keagamaan," ujar Ma'ruf saat menerima secara virtual Forum Komunikasi Da'i Muda Indonesia, Kamis (5/11).

Baca Juga

Padahal, kata Ma'ruf, sebagai pendakwah, para da'i wajib membekali dirinya pengetahuan cukup soal keagamaan. Ini penting lantaran dibutuhkan di tengah tantangan masyarakat yang komplek dan majemuk.

Ma'ruf pun mengibaratkan para da'i terjun ke masyarakat seperti halnya ke medan perang, perlu bekal amunisi yang lengkap .

"Da'i itu sebetulnya harus professional ya, walaupun ada disebut sampaikan walau satu ayat, itu tidak berarti cukup tahu sedikit tapi harus menggambarkan pentingnya dakwah, apalagi di dalam menghadapi masyarakat yang komplek majemuk," ungkapnya.

Karena itu, ia menilai kenapa perlunya pelatihan para da'i agar pendakwah benar benar paham permasalahan keagamaan. Karena itu, ia juga berharap FKDMI dapat berkontribusi mencetak dai dai yang memiliki kompetensi yang cukup.

Selain itu, dalam kesempatan itu, Ma'ruf juga menekankan para da'i menggunakan narasi dakwah yang rahmatan lil alamin. Menurutnya, metode dakwah yang digunakan perlu menyesuaikan situasi masyarakat Indonesia yang beragam yakni dengan metode moderat.

Ia menilai, moderasi beragama merupakan kunci dari toleransi dan kerukunan.

"Kalau dakwahnya tidak dikemas dgn sedemikian rupa, apalagi dengan menggunakan narasi narasi yang menimbulkan konflik dan tatanan kerukunan ini bisa menimbulkan dampak negatif," ujarnya.

Karena itu, narasi dakwah yang perlu digunakan bukan untuk menakut-nakuti. Tetapi, menjaga harmoni dan menghormati sesama masyarakat.

"Dakwahnya pun harus rahmatan lil alamin, manhajnya yang wasaty, tengah, bukan terlalu semangat kemudian melewati batas," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement