Jumat 06 Nov 2020 18:10 WIB

Tarik Ulur Jerman Hadapi Oknum Muslim yang Terpapar Radikal

Jerman menghadapi ratusan oknum Muslim yang rentan terpapar terorisme

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Jerman menghadapi ratusan oknum Muslim yang rentan terpapar terorisme. Ilustrasi polisi Jerman mengawasi orang yang diduga terpapar ISIS.
Foto: EPA/CHRISTIAN CHARISIUS
Jerman menghadapi ratusan oknum Muslim yang rentan terpapar terorisme. Ilustrasi polisi Jerman mengawasi orang yang diduga terpapar ISIS.

REPUBLIKA.CO.ID, Setidaknya satu dari penyerang dalam serangan Wina diketahui polisi. Pria berusia 20 tahun yang ditembak mati pada Senin malam telah melakukan beberapa upaya untuk meninggalkan negara itu dan bergabung dengan ISIS. 

Akan tetapi, tampaknya pihak berwenang tidak melihatnya sebagai calon teroris. Kesalahan perhitungan serupa juga terjadi di Jerman.

Baca Juga

Pada 1 September 2020, pasukan keamanan Jerman menghitung 627 calon teroris. Salah satunya adalah Abdullah al-H dari Suriah berusia 20 tahun, yang menyerang pasangan homoseksual dengan pisau dapur pada 4 Oktober 2020 di Dresden, meskipun pergerakannya diawasi polisi. Salah satu korban luka berat, satu lagi meninggal akibat lukanya. 

Otoritas Jerman menganggap tingkat ancaman tinggi secara stabil. Laporan tahun 2019 oleh badan intelijen domestik Jerman, BfV, yang dikeluarkan pada Juli 2020, mengacu pada beberapa rencana serangan yang gagal. Ini merupakan bukti potensi terorisme di Jerman. 

Badan intelijen setempat mengatakan ancaman besar datang dari penyerang individu yang diilhami organisasi teroris, yang sangat sulit untuk diketahui rencana penyerangannya. 

Dalam artikel yang dipublikasikan laman DW dijelaskan tentang definisi agitator yang berhubungan dengan ekstremis.

 

Definisi

Istilah berbahasa Jerman 'Gefahrder' yang merujuk pada mereka yang merupakan ancaman bagi masyarakat dan diterjemahkan secara harfiah jadi 'membahayakan'. Definisi ini dirumuskan polisi. Definisi yang jelas ini sekarang berlaku di seluruh negeri. 

Dalam bahasa birokrasi yang biasanya bertele-tele, seorang agitator didefinisikan sebagai orang yang berkaitan dengan fakta-fakta tertentu yang menunjukkan bahwa aman untuk berasumsi bahwa dia akan melakukan kejahatan bermotif politik yang cukup penting. Fakta-fakta ini terutama mencakup temuan-temuan pasukan keamanan atau badan intelijen.

Seorang agitator tidak boleh ditangkap kecuali dia dicurigai telah melakukan atau dapat dibuktikan telah merencanakan untuk melakukan kejahatan. Keanggotaan dalam organisasi teroris adalah kejahatan. Misalnya, dilarang mempersiapkan atau mendukung kejahatan yang mengancam negara.

 

Daftar 

Selain mereka yang ditetapkan sebagai agitator, otoritas keamanan mendaftarkan lebih dari 500 orang yang relevan. Ini bisa menjadi pemimpin, pendukung, atau pelaku potensial dalam spektrum teroris yang diyakini cenderung melakukan, mendanai atau mendukung serangan teroris di masa depan. Namun, mereka mungkin juga hanya teman dari penghasut atau orang yang berhubungan dengan penghasut yang dikenal.

Pada 1 Juli 2020, dari sekitar 300 pejuang Islam yang telah kembali ke Jerman dari wilayah yang dikuasai ISIS di Suriah dan Irak, 109 orang diklasifikasikan sebagai agitator dan 90 sebagai orang yang relevan.  

Secara keseluruhan, pihak berwenang memperkirakan bahwa hampir 30 ribu orang di Jerman adalah pendukung potensial terorisme Islam. Kebanyakan dari mereka, lebih dari 12 ribu orang adalah penganut Salafi. Lingkaran mereka tetap menjadi basis dukungan utama untuk jihadisme kekerasan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement