Sabtu 07 Nov 2020 03:26 WIB

Jagung Jadi Andalan Ekonomi Petani Lebak

Produksi jagung dari hasil panen itu kini ditampung oleh perusahaan pakan ternak.

Petani memanen jagung miliknya. ilustrasi
Foto: ANTARA/Arnas Padda
Petani memanen jagung miliknya. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak, Banten, Rahmat Yuniar mengatakan komoditas jagung kini menjadikan andalan ekonomi petani Lebak sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. "Kita yakin perguliran ekonomi petani menjadi lebih baik setelah komoditas jagung ditampung perusahaan pakan PT Charoen Phohphand, Balaraja Tangerang dan PT Jaffa, Serang," kata Rahmat di Lebak, Jumat (6/11).

Para petani Kabupaten Lebak sangat terbantu adanya kerja sama dengan perusahaan pakan yang menampung hasil panen jagung dengan harga relatif baik dan menguntungkan. Saat ini, petani bersemangat dan bergairah mengembangkan usaha pertanian jagung, karena mampu menyumbangkan pendapatan ekonomi cukup besar.

Baca Juga

Produksi jagung dari hasil panen itu kini ditampung oleh perusahaan pakan berbentuk pipilan dan dijual Rp 4.000 per kilogram. Apabila, produktivitas rata-rata 4 ton per hektare maka diakumulasikan pendapatan petani mencapai Rp 16 juta per hektare.

"Kami mendorong petani terus mengembangkan penanaman jagung di lahan-lahan darat guna meningkatkan pendapatan ekonomi petani," katanya menjelaskan.

Menurut dia, mereka petani mengembangkan pertanian jagung tersebut setelah produksinya ditampung oleh perusahaan pakan dan cukup menguntungkan.

Padahal, kata dia, sebelumnya petani Kabupaten Lebak tidak tertarik untuk menggeluti usaha pertanian jagung hibrida,

Namun, saat ini perguliran ekonomi hasil panen jagung di Kabupaten Lebak dipastikan miliaran rupiah, bahkan produksi Januari-September 2020 sebanyak 17.403 ton dengan panen seluas 5.792 hektar.

Produksi jagung tahun ke tahun di daerah ini cenderung meningkat, karena adanya bantuan pemerintah guna mendukung swasembada pangan dan peningkatan ekonomi petani.

Mereka para petani itu mendapatkan bantuan benih jagung Hibrida dan pupuk bersubsidi melalui program padi, jagung dan kedelai atau pajale.

"Kita memperkirakan biaya produksi pertanian jagung seluas satu hektare dapat menghabiskan modal sekitar Rp4,5 juta/hektare," katanya.

Ia mengatakan, kebanyakan para petani jagung itu menanam dengan sistem tumpang sari di lahan milik Perkebunan dan Perum Perhutani.

Selama ini, sentra jagung terbesar di Kabupaten Lebak antara lain Gunung Kencana, Leuwidamar, Cileles dan Cimarga.

"Sekarang banyak petani menggeluti usaha budi daya tanaman jagung, karena sangat menguntungkan itu," katanya menjelaskan.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Desa Bulakan Kecamatan Gunungkencana Kabupaten Lebak Wawan mengaku bahwa warga di desanya itu sebagian besar menjadi petani jagung dengan memanfaatkan lahan milik Perum Perhutani.

Diperkirakan seluas 1.000 hektare lahan tersebut digarap masyarakat untuk ditanami jagung.

Saat ini, dirinya kini panen seluas dua hektare dan bisa menghasilkan pendapatan Rp32 juta dengan produktivitas 4 ton/hektare dan ditampung harga Rp4.000/Kg.

"Kami panen jagung selama tiga bulan dengan dua kali musim panen di lahan milik Perum Perhutani," kata Wawan yang juga Kepala Desa Bulakan Kabupaten Lebak.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement